Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2012

Berceloteh Dengan Anak-anak Tentang Banjir, LRB dan Sampah

Anak-anak belajar proses banjir dan mengetahui kegunaan LRB (kiribawah) serta sumur resapan (kanan bawah) “Daunnya dipetiki anak-anak untuk mainan, bu”, keluh ibu-ibu komunitas Engkang-engkang. Suatu komunitas warga bantaran sungai Cidurian yang sedang bersemangat menata lingkungannya. Mereka belajar  urban farming , bertanam sayuran dan tanaman hias dalam pot untuk kemudian disimpan berjejer di sepanjang jalan-jalan setapak RW 10, Kelurahan Cigadung Kecamatan Cibeunying Kaler Kota Bandung. Tetapi rupanya anak-anak kecil nan tak berdosa ini merasa asing dengan lingkungan baru tersebut. Mereka lebih akrab dengan pemandangan sehari-hari ketika jalan-jalan lengang berdebu dan kantung plastik berisi sampah bergelantungan di sepanjang jalan sementara ibu-ibunya asyik menyiangi sayuran untuk memasak sambil mengobrol dengan tetangga. Bangunan rumah yang tidak menyisakan ruang terbuka hijau dan jalan setapak yang sempitlah penyebab para penghuninya enggan bercocok tanam. Karena

Jadi Wirausaha itu Mudah, Rolly Membuktikannya ....

Rolly dan barang dagangannya Seorang pemuda naik angkutan jurusan Dago - Caringin, berpakaian khas mahasiswa. Celana jeans, t-shirt dan tas ransel dipunggungnya. Yang menjadi pembeda adalah dia menenteng 6 kotak plastik transparan berisi donat aneka rasa yang diikat erat dengan tali rafia. Rolly nama si pemuda. Mahasiswa jurusan Ekonomi Manajemen yang hendak berangkat ke kampusnya.  Suatu universitas swasta di jalan Taman Sari Bandung. Biasanya 10 kotak plastik makanan dikirim langsung ke kampus untuk dijajakan kepada rekan-rekannya. Berhubung minggu ini sedang ujian akhir semester maka dia hanya mengambil 6 kotak yang dikirim ke tempat kontrakannya. Berapa harga satu kotak donat? Untuk setiap kotak donat berisi 12 buah, Rolly harus membayar Rp 11.000. Donat tersebut dijualnya Rp 2.000/buah. Bagaimana dengan donat yang tersisa? “Saya beli putus bu, jadi habis nggak habis ya harus dibeli. Tapi biasanya sih habis ludes. Paling tersisa 1 atau 2 buah. Saya makan aja

Negara Kaya Kok Rawan Pangan?

Tumpeng singkong dengan laukpauknya Tahun 2012 dibuka dengan banyak berita “seram” diantaranya ancaman krisis pangan dan harga pangan yang terus melambung tinggi. Aneh bagaimana mungkin Negara Gemah Ripah Loh Jinawi seperti Indonesia bisa krisis pangan? Itu lelucon ter-garing yang pernah ada! Gemah Ripah Loh Jinawi yang artinya Subur Makmur Loh Jinawi pantas disematkan pada Indonesia karena mempunyai tanah subur, matahari bersinar sepanjang tahun, sumber air melimpah sehingga tidak salah apabila Koes Ploes menciptakan lagu “Kolam Susu”. Hanya berbekal tongkat kayu, rakyat Indonesia sudah bisa bertanam dan memetik hasilnya hingga tak mungkin kelaparan. Jadi mengapa banyak ahli meramalkan krisis pangan akan terjadi di Indonesia? Jawabnya adalah karena salah kelola.  Salah kelola yang disebabkan kerangka berfikir keliru.  Terjebak  cara berfikir yang mendewa-dewakan kemajuan industri dan menganggap rendah pangan. Sehingga anak SMK yang mampu merakit mobil Esemka dipu

Busung Lapar, Gizi Buruk dan Kepedulian Kita

Diantara hiruk pikuk berita politik, ekonomi dan sepakbola, ada berita terabaikan yaitu  tentang sebagian anak-anak Indonesia yang terkena busung lapar. Tentang anak-anak yang terkena malnutrisi (penderita gizi buruk). Bahkan hari Gizi Nasional 25 Januari 2012 berlalu seolah pihak terkait ingin menutup mata akan keberadaan mereka. Padahal mereka sungguh  nyata dan pengabaiannya  merupakan tindakan tak termaafkan. Keberadaan ribuan penderita gizi buruk menyebar merata diseluruh Indonesia, bukan hanya didominasi Nusa Tenggara Timur   (NTT)  yang tanahnya tandus. Tetapi juga  Bogor ,  Indramayu , kabupaten  Garut Jawabarat,  Malang  Jawatimur hingga  Tangerang  yang hanya berjarak beberapa jam perjalanan dari istana Presiden Republik Indonesia. Apa komentar Menteri Kesehatan, Endang Rahayu Sedyaningsih mengenai   jumlah  penderita gizi buruk yang mencapai 4 % dari total 23 juta balita Indonesia atau sekitar 900 ribu anak? Endang Rahayu menyatakan telah ada  penurunan  

Pesta Rakyat di Bantaran Sungai Cidurian

Pejabat harus masuk ke dalam sungai untuk menggunting pita peresmian jembatan? Mungkin baru kali ini terjadi. Padahal lebar jembatan hanya kurang lebih 2,5 meter. Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) kota Bandung, Ahmad Rekotomolah yang terkena “ulah panitia” karena harus mewakili Walikota Bandung, Dada Rosada. “Ulah panitia” tersebut berkaitan dengan “Pesta Rakyat Bantaran Sungai Cidurian 2011″ yang diadakan pada tanggal 24 Desember 2011 untuk mengawali perjalanan menuju Festival Seni Budaya dan Lingkungan Sungai Cidurian 2012. Sedangkan peresmian jembatan hanyalah simbolisasi dari awal perjalanan tersebut dan secara kebetulan fisik jembatan baru saja direnovasi. Tidak semua orang pernah mendengar tentang Sungai Cidurian yang melintasi kota Bandung dan kabupaten Bandung. Umumnya orang hanya mengenal Sungai Cikapundung sebagai ikon kota Bandung. Padahal Sungai Cidurianpun mengalir di tengah kota Bandung. Bedanya debit air Sungai Cidurian tidak sederas S