Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2012

Yuk Membuat Terrarium Sederhana

Pendekatan pada masyarakat dengan tujuan perubahan perilaku ramah lingkungan memang gampang-gampang susah. Ada waktunya suatu program berjalan di tempat alias tidak ada perubahan walau berbagai strategi sudah dicoba. Tetapi ada kalanya semua berjalan lancar tanpa hambatan seperti seharusnya jalan tol. Lancar dan menyenangkan. Salah satu kegiatan yang lancar adalah  membuat terrarium. Idenya berawal sewaktu mendapat  cendera mata  pernikahan  Rima , duta WWF Forest Friend yang melepas lajang tanggal 10 Juli 2011. Pembuatan terrarium menarik karena  seluruh anggota keluarga bisa terlibat untuk menanam dan memelihara tanaman hias dengan menggunakan ulang botol/gelas kaca yang sudah tidak terpakai. Bekas mug yang sudah patah pegangannya dan biasanya dibuang juga bisa dibuat cantik kembali. Akhir tujuan pembuatan terrarium bisa melebar. Seorang pembuat terrarium yang tekun dan kreatif bisa mendapat penghasilan dari terrarium yang unik dan indah  atau menerima pesanan

Tri Mumpuni, Srikandi Pembawa Pelita

Setiap mengikuti upacara 17 Agustus, setiap mengheningkan cipta untuk jasa para pahlawan, apakah terbayang perjuangan para pahlawan merebut kemerdekaan ? Memerdekakan rakyat dari penjajahan, kemiskinan, kebodohan dan ketidak-berdayaan. Pastinya sulit, karena kita tidak hidup di era mereka. Kita hidup di era pengisian makna kemerdekaan dimana sudah seharusnya setiap warga Indonesia merdeka seutuhnya , terlepas dari kebodohan, kemiskinan dan ketidak berdayaan. Salah satu faktor yang sangat membantu proses itu adalah fasilitas listrik. Listrik yang diakrabi masyarakat perkotaan hingga apabila terjadi byarpet akan terdengar gerutuan panjang lebar bahkan status facebook dan trending tropic twitter berisi kelalaian PLN tersebut. Bagaimana dengan masyarakat pedesaan khususnya pedesaan tanpa infrastruktur jalan memadai ? Maaf, maaf …….mengurusi listrik di wilayah perkotaan saja PLNsudah keteteran, apalagi untuk pedesaan di wilayah terpencil. Beruntung, Indonesia mempunyai

Pemberdayaan Perempuan? Apa Maknanya?

doc.google Jum’at, 14 Januari lalu saya beruntung mengikuti ajakan seorang teman untuk mengikuti pertemuan suatu ormas (organisasi masyarakat) pemberdayaan perempuan Indonesia wilayah Jawa Barat yang kebetulan mendapat kunjungan kehormatan dari ibu Sekjen Pimpinan Pusat ormas tersebut. Mengapa beruntung ? Karena saya betul-betul awam masalah ormas, khususnya ormas yang berkiprah positif. Setahu saya (maaf kalau salah, kan sudah saya tulis bahwa saya awam), ormas bergerak, berjuang maju tak gentar membela “yang bayar”. Walaupun berita terakhir ada deklarasi Nasdem yang menunjukkan keormasan dapat diusung keranah positif. Tapi sepak terjang Nasdempun masih belum jelas. Baru sebatas deklarasi di hotel berbintang, menggunakan seragam bagus. Memberi bantuan kepada korban bencana alam. Sesudah itu ? Entahlah, karena yang banyak membantu korban pasca bencanajustru masyarakat “tanpa seragam”. Tidak seperti Nasdem , pertemuan ormas se-Jawa Barat ini tidak berseragam ba

Antara Kegaduhan dan Semangat Toleransi

  Pernah mendengar suara merdu pernyanyi? Sering pastinya. Tetapi pernahkah mendengar suara merdu itu begitu kerasnya karena menggunakan pengeras suara disetel maksimal di dekat telinga? Bagaimana reaksi anda? Ikut bersenandung atau marah? Beberapa waktu lalu karena ketiadaan tempat, penulis harus berbagi ruang dengan sekelompok ibu-ibu yang sedang berlatih kasidah sementara penulis mendampingi komunitas  ibu-ibu lainnya yang membuat kerajinan bekas kemasan plastik. Suara mereka sangat merdu. Sayang penyanyi utama selalu menggunakan pengeras suara di ruang seluas 7 x 3 meter itu. Bahkan ketika berbincang-bincang, dia tidak pernah melepaskan mike-nya. Entah mengapa. Mungkin dia tahu suaranya merdu, atau malah mungkin dia tidak pede. Karena penyanyi utama masih gadis muda belia sedangkan anggota kasidah yang lain ibu-ibu rumah tangga lengkap dengan anak-anaknya yang mondar-mandir bersliweran. Bahkan seorang ibu menyanyi sambil menggendong anaknya. Menyenangkan, melihat ibu-ibu y

Analisis Minat dan Potensi Anak dengan Tes Sidik Jari, Mungkinkah?

source: kesekolah.com Tidak mudah menjadi orang tua. Terlebih ketika tanda lulus sekolah hampir diraih tapi ternyata anak gamang menentukan pilihan sekolah. Padahal psikotes yang menunjukkan minat dan potensi anak sudah dilakukan di tahun pertama Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan tahun pertama Sekolah Menengah Atas (SMA). Sehingga seharusnya orang tua dan anak cukup mempunyai  bekal untuk memilih jurusan sekolah yang akan diambilnya. Apakah IPS atau IPA? Demikian juga jurusan Perguruan Tinggi yang dirasa paling tepat karena sesuai bakat dan minat. Tetapi  kegamangan orang tua dan anak rupanya menciptakan pasar baru. Dengan iming-iming  hasil   tes grafologi  lebih akurat  maka  jasa tes grafologi untuk mendeteksi minat bakat  anak beserta konselingnya bermunculan. Sesungguhnya grafologi bukan sesuatu yang baru karena  sudah dipelajari di Klinik psikologi Harvard tahun 1930  dan dikembangkan tahun 1955 untuk menilai karakter dari tulisan tangan. Sehingga tes

Kartini Menggugat ........

Kulihat Kartini termangu. Irama tubuhnya menunjukkan suasana hatinya. Dia tersedu perlahan. “Kartini, Mengapa kau menangis ?” Kartini  mengerjapkan  mata, meluruhkan bulir airmata diantara lentik bulu matanya. “Aku sedih melihat kenaifan yg dilakukan kaumku. Mengapa mereka harus memperingati hari  Kartini  dengan Lomba Kebaya ? Bahkan  customer service  Telkom, kasir bank berkebaya. Padahal mereka harus melayani pelanggan. Sungguh tidak praktis dan membuat pekerjaan tidak efisien. Aku tak mengerti, siapa yang memulai  kebiasaan aneh ini? Apakah karena  aku berkebaya  maka hari jadiku diperingati dengan berkebaya? Apabila ingin melestarikan kebaya,  tentukanlah hari Kebaya sendiri . Ini menyedihkan! Ini konyol!” “Apa yang kaumau ?” “Aku ingin kaumku berkarya. Tidak menghabiskan waktu dengan menonton sinetron dan infotainment. Manfaat apa yang mereka dapat dari tontonan seperti itu  kecuali keinginan memiliki baju, sepatu, tas seperti selebriti yang sering ditontonn

Mendadak Gagap Kamera

ibu-ibu bantaran sungai Cidurian in action (dok. Maria Hardayanto) Menjadi sorotan kamera? Bukan itu awal tujuan berkecimpung di tengah masyarakat dan mengajak penerapan langsung pelestarian lingkungan hidup. Tetapi ibu Rita Mariorita dan ibu Gita Djoemantoro dari TVRI rupanya berpendapat lain. Melihat banyaknya upload foto kegiatan di facebook, maka penulis mendapat kesempatan tampil pada acara “Pelangi Nusantara, 10 Maret 2012 dengan topik: Woman On Go Green Activity-perspektif gender dlm isue go green. Maka idepun langsung bermunculan. Mumpung tampil apa salahnya mengemukakan nasib ibu-ibu dan penyandang disabilitas yang mengerjakan kerajinan bekas kemasan plastik tapi diabaikan oleh pengusaha produk kemasan plastik tersebut? Karena menurut Undang-Undang Pengelolaan Sampah nomor 18 tahun 2008, produsenlah yang harus bertanggungjawab. Kalaupun tidak mau bertanggung jawab tolonglah untuk peduli pada nasib para pengolah limbah kemasan. Baik ibu-ibu pembuatan kerajinan ya