Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 2012

Tulisan Danti

Bunda Maria. http://cinnamome37.blogspot.com/2012/10/bunda-maria.html "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  Menulis adalah bekerja untuk keabadian."  -Pramoedya Ananta Toer Untuk warga Bandung yang sering berkegiatan terutama di bidang lingkungan, sosok Maria Hardayanto, nama lengkap Bunda,  pasti sudah tidak asing lagi. Kali ini Bunda Maria menjadi narasumber Pelatihan "Menulis itu Asyik" KAIL. Aktivitas yang begitu padat, termasuk menjadi pembina di beberapa komunitas, tidak menjadi penghalang Bunda untuk menulis. Menulis sudah menjadi satu kebutuhan dan bagian hidup terpenting bagi Bunda. Kata Bunda, anak muda sekarang lebih jarang menulis. Bener ngga, ya? Wah, kalau itu aku kurang tahu. Tapi saya banyak menemukan teman-teman (yang tentunya masih muda) yang hebat dalam menulis, dan rajin mengunggah tulisannya. Buktinya? Blogroll di "Roemah Kajoemanis" in

Tulisan Melly Amalia, Kail

http://proaktif-online.blogspot.com/2012/10/profil-perempuan-pejuang-lingkungan.html Maria Hardayanto (Penggagas Komunitas Engkang-Engkang dan Komunitas  Sukamulya) Adakah yang pernah mendengar kue brownies ganyong dan tumpeng dari singkong? Ganyong sendiri adalah nama jenis tanaman lokal asli Jawa Barat dan disulap menjadi kue oleh bunda Maria. Biasanya dalam setiap kegiatan yang diikuti oleh komunitas binaan bunda Maria selalu ada kue tersebut, sebagai alternatif penganan lain dalam hal ketahanan pangan.  Komunitas Engkang-engkang dan Komunitas Sukamulya adalah kumpulan ibu-ibu yang mempunyai kepedulian terhadap lingkungan sekitar rumah, baik dalam pengelolaan sampah, pemanfaatan pekarangan rumah  (urban farming)  dan pembuatan jenis makanan dari bahan-bahan lokal. Walau komunitas ini belum genap dua tahun tapi secara perlahan melangkah maju dengan caranya sendiri. Siapakah yang menjadi penggagas komunitas ini? “Bunda”, begitu sapaan akrab bu Maria diantara para akti

Tulisan Rima

http://kopipakegula.wordpress.com/2012/07/30/maria-hardayanto-ibu-rumah-tangga-penebar-virus-hijau/ Maria G. Soemitro, Ibu Rumah Tangga Penebar Virus Hijau This entry was posted on July 30, 2012, in  Bandung ,  inspirasi ,  kuliner ,  lingkungan . Bookmark the  permalink . 1 Comment Sebagian orang menilai menjadi ibu rumah tangga berarti memilih menarik diri dari ranah publik. Tidak ada lagi jenjang karir, tidak ada lagi aktualisasi dmairi, tidak ada lagi cita-cita turut memajukan bangsa. Jika Anda termasuk salah satu dari orang-orang ini, tunggu sampai Anda berkenalan dengan Maria G. Soemitro. Anda mungkin akan berubah pikiran.  Suatu malam, saya cek satu per satu notifikasi Facebook yang pada malam itu sangatlah padat. Ternyata beberapa notifikasi datang dari Bunda yang sedang mempromosikan tulisannya di beberapa grup yang juga kebetulan saya ikuti. Jika kebetulan waktu saya luang, saya akan langsung membacanya, tapi jika sedang sedikit sibuk, saya  bookmark  dulu untu

BILIC, Komunitas Difabel Yang Luar Biasa

Para punggawa BILIC 2012(Aden, Opik, Yuyuen, Siti, penulis, Poppy, Yani , Yati) (dok. Maria Hardayanto) Manis dan beruntung  itulah kesan penulis terhadap Yani ketika pertama kali bertemu di suatu rapat Bandung Independent Living Centre (BILIC)  sekitar tahun 2009 di Taman Ganesha, Bandung. Beruntung karena  Yani “hanya” terserang virus polio yang menyebabkan sebelah kakinya pincang dan harus diseret. Yani juga beruntung mempunyai dua anak yang lucu-lucu walaupun suaminya lumpuh kedua kakinya sehingga harus berjalan dengan bertelekan pada punggung kaki. Ketika berjalan tubuh Asep akan setinggi anaknya, Kiki yang berumur 7 tahun. Tetapi keberuntungan Yani yang terbesar adalah dukungan keluarganya untuk sekolah dan mandiri. Karena sikap banyak pihak di luar lingkungan keluarga sangat memarjinalkan kedudukan penyandang difabel (different ability).  Ada yang  iseng  meniru gerak kakinya yang pincang sambil membuntuti atau berpura-pura terjatuh didepan Yani. Faktor finansial  

Stand Kami di PSB ITB 2010

Sabtu, 8 Mei 2010, KM ITB mengadakan event 2 tahunan yaitu Pameran Seni Budaya ITB 2010 dimeriahkan pagelaran seni tari, nyanyi, music mahasiswa/i ITB, pelajar sekolah , Saung Angklung Udjo, pameran Seni Budaya, pameran Kuliner dan pameran Industri Kreatif. Nah, di Pameran Industri Kreatif lah kami mendapat kesempatan menggelar stand. Sungguh kesempatan yang langka dan berharga, diantara stand baju, tas, assesories, kain batik, kerajinan bali, kerajinan flora kami menggelar barang recycle ( daur ulang) plastic dan kain. Langka, karena pameran ini diadakan hanya tiap dua tahun sekali. Hingga kami ingin menggunakan kesempatan ini sebaik-baiknya. Berharga, karena apabila kami hanya membuat kerajinan dan menjualnya pada pameran seni budaya ini berarti kami membuang kesempatan untuk memperkenalkan recycle bekas kemasan. Seperti kita ketahui, sudah banyak masyarakat yang peduli kelestarian lingkungan hidup sehingga mereka bersedia memisah-misah sampahnya. Masalahnya, sesudah

Si Cantik, Ganyong

Mungkin akibat bertahun-tahun mengenyam kurikulum yang seragam, tanpa kita sadari cara pandang kita menjadi begitu standar.  Butuh makanan? Ya beli/masak saja nasi dan lauk pauknya. Sakit? Ya, ke dokter dan membeli obat di apotik. Selesai. Pernahkah terpikirkan bahwa ada alternatif lain selain beras? Ada alternatif lain selain mengonsumsi obat/suplemen dari apotik? Dan alternatif lain itu kemungkinan besar terserak di pekarangan rumah/ taman kota. Contohnya tanaman bunga dahlia yang cantik dan indah. Tidak banyak yang mengetahui bahwa umbi dahlia  mengandung  inulin yang  berfungsi sebagai prebiotik karena menjadi komponen pangan substrat mikroflora menguntungkan di dalam usus. Inulin juga membantu  meningkatkan penyerapan kalsium yang akan mencegah osteoporosis atau pengeroposan tulang. Sedangkan sebagai bahan makanan alternative, umbi tanaman bunga tasbih (Canna edulis Kerr), atau masyarakat lebih mengenalnya sebagai  tanaman ganyong atau ganyol (bahasa Sunda) ternyata

Urban Farming di Bantaran Sungai Cidurian

merubah area sampah menjadi area urban farming (dok. Maria Hardayanto) Keluhan apa yang aneh tapi nyata? Jawabnya : Sampah! Mengapa aneh? Karena sampah atau timbunan sampah terjadi akibat ulah manusia. Bukan bencana alam. Sehingga harusnya bisa diatasi. Harusnya sampah tidak berserakan dimana-mana, ditempat yang sungguh ajaib seperti di bawah pohon, di setiap tanah kosong dan di aliran sungai. sampah di aliran dan bantaran sungai Cidurian (dok. Maria Hardayanto) Kebetulan penulis bertemu dua komunitas yang mempunyai masalah persampahan. Salah satu komunitas terletak di bantaran sungai Cidurian Bandung yaitu komunitas Engkang-engkang. Engkang-engkang (bahasa Sunda) atau anggang-anggang (bahasa Indonesia) adalah nama binatang yang hanya bisa hidup di air jernih. Pemilihan nama Engkang-engkang jelas menunjukkan tujuan komunitas untuk mengembalikan lingkungannya kembali asri hingga binatang anggang-anggang bersedia hidup kembali di aliran sungai Cidurian. Angan yang mungkin