Skip to main content

Lapas Wanita Sukamiskin Bandung, Tonggak Awal Kami


Kalapas , Ibu Christina memberi kata sambutan

Pada tangggal 13 Desember 2010 kami berulang tahun, ulang tahun yang ke 2. Bak anak manusia, seharusnya diusia 2 tahun tidak sekedar berjalan tertatih-tatih tapi mulai pandai berlari kencang. Raganya telah tumbuh sempurna dari ujung rambut hingga ujung kaki. Bahkan mungkin dia mulai fasih menyanyikan balonku ada 5.
Tapi sayang kami masih tertatih-tatih, mungkin karena berangan terlalu tinggi. Mungkin juga karena berharap terlalu jauh. Sehingga kami harus sering berhenti, menyamakan langkah, merapatkan barisan dan focus pada tujuan.

Hingga akhirnya ketika kami berhasil membina pelatih, 3 orang diantaranya penyandang difabel. Kami juga mengantongi data sumber bahan baku, pemasaran dan stakeholders lainnya. Beban tanggung-jawab terasa semakin besar dan kamipun memutuskan membuat serangkaian program. 

Program utamanya adalah pelatihan, sebagai upaya menghimpun sumber daya manusia. Menyebarkan kepedulian bahwa perempuan dapat berkarya tanpa meninggalkan tugas utamanya  sembari melestarikan lingkungannya.

Bukan berarti ini pelatihan awal, sebelumnya ada banyak pelatihan dimana kami berbagi banyak ilmu. Diantaranya ke ibu-ibu Cibirus, Kabupaten Bandung dan Sapa Intitute Majalaya, NGO yang menangani banyak kasus perempuuan terkena KDRT. Tetapi umumnya kami memenuhi undangan mereka sehingga keberhasilan program sulit kami pantau.

Karena itu kami harus membuat program sendiri, memastikan keberhasilan hingga tingkat mahir dan bertanggung jawab terhadap pemasaran produk.
Tonggak awalnya adalah Lapas Wanita Sukamiskin, jl Pacuan Kuda no. 3 Bandung. Tempat kami menggantungkan asa, bahwa mereka ingin membunuh waktu dan mereka akan mempunyai cukup bekal ketika keluar dari Lapas nanti. Apakah bekal ini akan digunakan untuk dirinya atau ditransfer ke komunitasnya? Dua-duanya tetap berguna dan mengandung arti. 
 
Bukankah setiap insan manusia membutuhkan aktualisasi diri? Butuh eksistensi ? Sehingga mereka tidak mudah terjerumus lagi, minimal mereka mempunyai “sesuatu” untuk dipikirkan, untuk diperjuangkan.
 
Mudahkah berhubungan dan menjalin kerjasama ? Cukup mudah. Karena Kepala Lapas Wanita Sukamiskin sangat terbuka untuk semua solusi yang memungkinkan “anak-anaknya” mempunyai cukup bekal ketika menghirup udara kemerdekaan kelak. Proses pengajuan hingga pelaksanaanpun berjalan lancar.
 
Ada 3 pelatihan :
  • ·        Pelatihan daur ulang bekas kemasan plastik oleh Handayani.
  • ·        Pelatihan kain perca menjadi tas, cover buku, tempat tissue oleh Erna
  • ·        Pelatihan aplikasi tas oleh ibu Neneng.

Mungkin 3 macam pelatihan terlalu banyak karena perhatian peserta terpecah, diharuskan belajar kain perca tetapi ingin belajar menganyam plastic bekas kemasan. Tetapi karena ini adalah awal, tanpa pelatihan ini kami tidak mengetahui karakteristik dan entry point keberhasilan setiap program.
 
Peserta yang umumnya napi atau tahanan kasus narkoba, jelas bukan kelompok yang tertarik membuat semua pernak pernik ini ketika masih bebas. Sebagian besar dari mereka umumnya dari golongan menengah keatas. Tetapi seiring harapan, bahwa sekecil apapun ilmu pastilah berguna. Kami optimis, selain mereka ada banyak komunitas ibu-ibu rumah tangga lainnya yang menginginkan perubahan, menginginkan perbaikan kualitas hidup. 

Di awal 2011 kami menjanjikan diri akan bergabung dengan mereka untuk saling melengkapi dan bergerak kearah perbaikan kualitas hidup terssebut.


Dan tonggak awal telah ditetapkan, dan ulang tahun kedua telah dilalui. Tidak ada ucapan selamat karena yang kami perlukan adalah hasil kerja bukan seremonial.


Terimakasih saudara-saudara kami di Lapas Sukamiskin, apakabar ibu-ibu rumah tangga yang lain? We’re coming…….
 
 

“Jangan tanyakan apa yang negara berikan kepadamu, tapi tanyakan apa yang kamu berikan kepada negaramu!”

 
 
 
Pelatihan oleh Handayani



Tangan kami dicap oleh Penjaga Lapas        

 

Comments

Popular posts from this blog

Nasi Tumpeng Singkong Yang Lekker

  Nasi tumpeng singkong pesanan Kecamatan Sukajadi Siapa yang tak kenal tumpeng? Setiap syukuran rumah baru, ulang tahun, khitanan dan berbagai even lain, umumnya penyelenggara pesta menghidangkan tumpeng. Mungkin karena mudah, tidak bingung menyerasikan nasi dan lauk pauknya. Yang penting rame ketika acara motong tumpeng yang biasanya ditandai dengan menyendok puncak tumpeng dan memberikan pada seseorang yang dihormati/disayangi.  Ternyata bentuk tumpeng yang mengerucut keatas merupakan symbol agar kualitas hidup terus meningkat, sedangkan lauk pauk menjadi symbol ekosistem kehidupan alam. Itulah mungkin penyebab begitu beragamnya lauk yang tersaji di tumpeng, mulai dari urap, telur balado, ayam goreng, sambal goreng tempe, perkedel dan tentu saja tak pernah ketinggalan: “sambal!” Mengingat begitu seringnya tumpeng disajikan, kamipun memutar otak agar syukur-syukur jika suatu kali nanti mendapat order, minimal ya memperkenalkan makanan olahan singkong dalam bentu

Imas Masitoh; Perempuan Pejuang dari Kampung Cibungur

Hidup dengan kekurangan materi tidak menyurutkan langkah Imas Masitoh Resmiati untuk berbuat baik pada sesama. Penjual gorengan berusia 42 tahun ini merasa terenyuh melihat banyaknya anak yatim piatu   disekitar tempat tinggalnya.   Imas memahami betapa mereka butuh perhatian dan kasih sayang. Kebutuhan intangible yang sering tidak dipedulikan   di masa serba cepat dan instan ini. Padahal banyak diantara anak yatim piatu yang tergolong anak berkebutuhan khusus. Imaspun   akhirnya   berinisiatif mengasuh mereka. Apa yang dilakukan Imas tergolong nekad. Penghasilan dari hasil menjual gorengan dan keset hasil kerajinan tangan yang dijajakan dari rumah ke rumah, jelas tidaklah cukup. Ditambah suaminya pengangguran akibat pemutusan hubungan kerja. Rumah kecilnya juga tidak dapat menampung penghuni baru karena Imas sudah memiliki 2 anak. Namun Imas percaya, Tuhan akan membantu setiap perbuatan baik. Dan keyakinannya terbukti, bantuan mengalir. Jumlah anak yang diasuhnya bertam

Perkedel Singkong Yang Yummyyyy........

  perkedel singkong, selalu disertakan pada tumpeng singkong Awalnya hanya ajakan untuk membuat nasi tumpeng singkong, sebagai pengganti nasi tumpeng beras yang jamak ditemui diperhelatan. Ternyata salah seorang anggota komunitas, ibu Odang berkreasi membuat perkedel singkong. Rasanya? Luar biasa, yummyyy …… mungkin karena ngga bikin eneg ya? Menurut ibu Odang, singkong bisa diparut halus dahulu kemudian dibumbui, atau dikukus hingga mekar kemudian dihaluskan selagi panas. Bahan-bahannya sebagai berikut: 500 gram singkong 100 gr daging cincang 1 sendok makan margarin 3 siung bawang putih dikeprek 2 siung bawang merah diiris halus 2 lembar daun bawang Merica secukupnya Pala halus secukupnya Garam secukupnya 1 kuning telur 1 putih telur Minyak untuk menggoreng Cara membuat: 1.     Panaskan margarine, tumis bawang merah dan bawang putih yang telah diulek bersama merica dan pala. 2.     Masukkan daging cincang, masak hingga harum dan ai