Skip to main content

Ketika Anak Indonesia Ngelem di Jalanan

http://edukasi.kompasiana.com/2011/07/23/hari-anak-nasional-hari-anak-ngelem-di-jalanan/

Anak-anak ngelem di bawah spanduk Hari Anak Nasional

“Pemerintah belum memberi perhatian penuh kepada anak-anak Indonesia. Buktinya masih banyak yang cari uang di jalanan, tidak sekolah, ngelem, bekerja, dan lainnya”. Demikian sambutan lantang tanpa teks dari Arif Rohman Hakim , kontingen Provinsi Bangka Belitung yang didaulat mawakili 330 peserta Kongres Anak Nasional (KAN) pada saat pembukaan KAN ke 10 di Gedung merdeka. Jl Asia Afrika Kota Bandung.
Pernyataan Arif memang tidak mengada-ada. Pada hari  Sabtu, 23 Juli 2011 bertepatan dengan hari Anak Indonesia, ketika teman-temannya berkongres di hotel nan sejuk, bersih dan nyaman, 5.000 anak jalanan berkeliaran di seantero kota Bandung. Menunggu perhatian pemerintah. Menunggu rumah singgah yang tak kunjung terealisasi.
1311416103899528682
anak jalanan, berkumpul sebelum acara
Sebagian kecil dari anak jalanan tersebut mengikuti kegiatan yang diadakan sekelompok sukarelawan yang bergabung dalam Komunitas Sahabat Anak Jalanan (Sahaja), Save Street Childen (SSC) dan AIESEC Indonesia-China di atap Pasar Bermartabat Ciroyom Bandung.
Acara dimulai dengan presentasi sarapan yang dibuat oleh para mahasiswa/sukarelawan. Ada nasi goreng dengan telur ceplok dan sosis. Ada nasi goreng dan telur dadar. Ada nasi dengan sohun goreng dan sayuran. Semua anak bebas memberi penilaian, antara 1 - 5. Hasilnya tentu saja beragam. Namanya juga anak-anak. Katanya enak, tapi dia hanya memberi nilai 1, upz pelitnya ^_^
1311416691444026421
Enak sih enak tapi 1 aja ah nilainya
Tapi acara utama adalah sarapan bersama. Ramai pastinya. Bak pesta, tangan-tangan berkuku hitam tersebut makan dengan lahapnya. Banyak yang menghabiskan nasi terlebih dulu baru kemudian menikmati telur dan sosisnya. Apakah mereka mengikuti kebiasaan sesepuh untuk mengakhirkan yang lezat? Semacam bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Entahlah, karena mulut mereka terlalu penuh untuk menjawab.
1311417152162746267
upz lahapnyaaa…
1311417001319350080
kayanya enak nih…..
Sesudah sarapan, mereka bertanding futsal. Sebagian diantara mereka berkostum merah (Persija, katanya) dan sebagian lagi berkostum biru (Nah, yang ini Persib). Wasitnya? Ketua kelompok mereka sendiri. Bertelanjang dada. Menerapkan tata tertib dengan keras sambil sesekali menghirup lem.
13114174211816972525
berfoto sebelum bertanding
1311418377122131703
memimpin pertandingan sambil sesekali ngelem (tangan kiri)
Ya, seluruh anak jalanan yang penulis temui di Hari Anak Nasional ini ngelem. Baik anak laki-laki maupun perempuan. Usia anak Sekolah Dasar maupun menjelang usia 20-an. Tentunya tidak ada seorangpun dari antara mereka yang bersekolah formal. Mereka mengikuti pertemuan sekolah setiap Sabtu dan Minggu yang diadakan Komunitas Sahaja dan SSC. Itupun bukan berkurikulum, ketika ingin belajar ya belajar. Ketika ingin curhat ya curhat. Tapi ada kesamaan kebutuhan yang mendorong para anak jalanan tersebut untuk datang yaitu mereka ingin dihargai sebagai anak, ingin didengar, ingin mendapat kasih sayang karena walau faktanya beberapa dari antara mereka mempunyai orangtua, tapi para orangtua tersebut enggan menafkahi mereka . Mereka diharuskan bekerja, bekerja apa saja. Pokoknya lepas dari beban orang tua.
Karena itu pekerjaan mereka beragam. Ada yang mengemis, mengamen, pembawa barang di pasar hingga tukang delman yang memberi jasa angkutan bagi pembeli berbelanja banyak. Selebihnya adalah lingkaran ngelem yang sulit mereka lepaskan.
Kebiasaan ngelem yang menimbulkan perasaan euphoria dan sensasi menyenangkan ini sulit dihilangkan karena sudah mengadiksi. Padahal selain gangguan jangka pendek, kebiasaan ngelem dalam jangka panjang akan mengakibatkan irritabilitas, labilitas emosi, dan gangguan ingatan, kejang pada anggota badan, kerusakan sumsum tulang dan kerusakan hati dan ginjal dan gangguan buruk lainnya.
Dibutuhkan banyak pihak untuk membantu mereka. Karena jangankan rumah singgah yang kini hanya menampung 8 orang, tempat belajarpun berpindah-pindah. Untuk sementara ini kegiatan belajar mengajar berlangsung di emper Mesjid di atap pasar Ciroyom. Apabila hujan tiba, mereka terpaksa pindah ke lantai bawah yang tidak hanya kotor tapi ……….berbau pesing !!!
Di lantai bawah mereka harus berbagi tempat dengan anak pemilik kios pasar Ciroyom dan anak-anak penduduk sekitar pasar Ciroyom. Karena pembangunan Kota Bandung memang tidak ramah pada anak-anak. Mereka kehilangan lahan bermain. Sehingga tempat yang kotor dan berbau pesingpun jadilah. Asal mereka bisa bermain sepak bola.
Untuk sejenak penulis merasa gamang. Membandingkan mereka dengan  anak-anak yang bersliweran belajar di sekolah favorit bagaikan bumi dan langit. Dan lebih merasa miris mengingat permasalahan utama bukanlah materi. Anak jalanan tersebut mempunyai uang untuk belajar di sekolah apabila mereka mau.
Tapi mereka tidak merasa perlu sekolah. Mereka tidak memerlukan baju bagus dan masakan enak. Mereka lebih membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Jadi ketika Nur, salah seorang anak jalanan memberikan bunga pada penulis. Tanpa sadar air matapun berlinang.
13114215751484155589
berlatih ukulele ketika merasa bosan
13114186172005574171
nonton pertandingan sambil sesekali ngelem
131141879382336375
Nur, nonton pertandingan sambil ngelem
1311419105634419504
Nur, curhat sambil ngelem
Sekuntum bunga dari Nur



perwakilan AIESEC Indonesia dan AIESEC China memakai bunga dari Nur

Comments

Popular posts from this blog

Nasi Tumpeng Singkong Yang Lekker

  Nasi tumpeng singkong pesanan Kecamatan Sukajadi Siapa yang tak kenal tumpeng? Setiap syukuran rumah baru, ulang tahun, khitanan dan berbagai even lain, umumnya penyelenggara pesta menghidangkan tumpeng. Mungkin karena mudah, tidak bingung menyerasikan nasi dan lauk pauknya. Yang penting rame ketika acara motong tumpeng yang biasanya ditandai dengan menyendok puncak tumpeng dan memberikan pada seseorang yang dihormati/disayangi.  Ternyata bentuk tumpeng yang mengerucut keatas merupakan symbol agar kualitas hidup terus meningkat, sedangkan lauk pauk menjadi symbol ekosistem kehidupan alam. Itulah mungkin penyebab begitu beragamnya lauk yang tersaji di tumpeng, mulai dari urap, telur balado, ayam goreng, sambal goreng tempe, perkedel dan tentu saja tak pernah ketinggalan: “sambal!” Mengingat begitu seringnya tumpeng disajikan, kamipun memutar otak agar syukur-syukur jika suatu kali nanti mendapat order, minimal ya memperkenalkan makanan olahan singkong dalam bentu

Imas Masitoh; Perempuan Pejuang dari Kampung Cibungur

Hidup dengan kekurangan materi tidak menyurutkan langkah Imas Masitoh Resmiati untuk berbuat baik pada sesama. Penjual gorengan berusia 42 tahun ini merasa terenyuh melihat banyaknya anak yatim piatu   disekitar tempat tinggalnya.   Imas memahami betapa mereka butuh perhatian dan kasih sayang. Kebutuhan intangible yang sering tidak dipedulikan   di masa serba cepat dan instan ini. Padahal banyak diantara anak yatim piatu yang tergolong anak berkebutuhan khusus. Imaspun   akhirnya   berinisiatif mengasuh mereka. Apa yang dilakukan Imas tergolong nekad. Penghasilan dari hasil menjual gorengan dan keset hasil kerajinan tangan yang dijajakan dari rumah ke rumah, jelas tidaklah cukup. Ditambah suaminya pengangguran akibat pemutusan hubungan kerja. Rumah kecilnya juga tidak dapat menampung penghuni baru karena Imas sudah memiliki 2 anak. Namun Imas percaya, Tuhan akan membantu setiap perbuatan baik. Dan keyakinannya terbukti, bantuan mengalir. Jumlah anak yang diasuhnya bertam

Perkedel Singkong Yang Yummyyyy........

  perkedel singkong, selalu disertakan pada tumpeng singkong Awalnya hanya ajakan untuk membuat nasi tumpeng singkong, sebagai pengganti nasi tumpeng beras yang jamak ditemui diperhelatan. Ternyata salah seorang anggota komunitas, ibu Odang berkreasi membuat perkedel singkong. Rasanya? Luar biasa, yummyyy …… mungkin karena ngga bikin eneg ya? Menurut ibu Odang, singkong bisa diparut halus dahulu kemudian dibumbui, atau dikukus hingga mekar kemudian dihaluskan selagi panas. Bahan-bahannya sebagai berikut: 500 gram singkong 100 gr daging cincang 1 sendok makan margarin 3 siung bawang putih dikeprek 2 siung bawang merah diiris halus 2 lembar daun bawang Merica secukupnya Pala halus secukupnya Garam secukupnya 1 kuning telur 1 putih telur Minyak untuk menggoreng Cara membuat: 1.     Panaskan margarine, tumis bawang merah dan bawang putih yang telah diulek bersama merica dan pala. 2.     Masukkan daging cincang, masak hingga harum dan ai