Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2012

Kompasianer of The Year 2012

Kompasianer of The Year Seperti perhelatan Kompasianival sebelumnya, di Kompasianival 2012 Kompasiana kembali mengadakan pemilihan Kompasianer of the Year dan Kompasianer Favorit. Ajang ini dimaksudkan untuk mencari dua sosok Kompasianer inspiratif yang telah memberikan sumbangsih luar biasa terhadap perkembangan Kompasiana khususnya, dan pertumbuhan dunia blogging, menulis, dan jurnalisme warga pada umumnya. Saat seluruh pengguna Kompasiana dipersilakan memilih seorang Kompasianer Favorit, redaksi Kompasiana memilih Kompasianer berprestasi sebagai Kompasianer of the Year. Setahun lalu,  Christie Damayanti  mendapatkan penghargaan dari sebagai Kompasiner of The Year. Christie dipilih sebagai Kompasiner of The Year karena konsistensinya berbagi tulisan-tulisan menggugah meskipun didera store. Sedikit demi sedikit, perjuangan Christie membuahkan hasil. Buku  Ketika Tuhan Mengizinkan Aku Sakit  yang berisi kompilasi tulisan-tulisan Christie telah berhasil diluncurkan. H

Ganyong, Salah Satu Solusi Ketahanan Pangan

tanaman ganyong, rimpangnya bisa menjadi pengganti beras Indonesia terkenal kaya raya, subur makmur lohjinawi. Tapi mengapa kita selalu terpaku pada impor? Sandang , pangan , papan berbahan baku impor. Bahkan apabila tidak berhati-hati, maka sumber energypun sebentar lagi harus diimpor. Padahal ada banyak alternatif lain selain beras yang selama ini kita konsumsi. Ada alternatif lain selain mengonsumsi obat/suplemen dari apotik? Dan alternatif lain itu kemungkinan besar terserak di pekarangan rumah/ taman kota.   Contohnya tanaman bunga dahlia yang cantik dan indah. Tidak banyak yang mengetahui bahwa umbi dahlia  mengandung  inulin yang  berfungsi sebagai prebiotik karena menjadi komponen pangan substrat mikroflora menguntungkan di dalam usus. Inulin juga membantu  meningkatkan penyerapan kalsium yang akan mencegah osteoporosis atau pengeroposan tulang. Sedangkan sebagai bahan makanan alternative, umbi tanaman bunga tasbih (Canna edulis Kerr), atau masyarakat lebih

Pengalaman Menjadi Narasumber SapaEdu

(SapaEdu : Acara Suara Edukasi Kemendikbud, khusus untuk anak-anak. Setiap hari Senin-Jum’at Pukul 07.00 - 09.00 WIB) Menjadi narasumber seputar lingkungan memang tugas saya sehari-hari, tapi melakukannya untuk acara anak-anak ? Upz ……………nanti dulu, bagaimana tugas yang diinstruksikan panglima IDKita,  Valentino ? Ini dia :  Sebagai  narasumber Sapa Edu - Untuk mengajarkan anak-anak, saat mereka ke sekolah, mereka bisa dengarkan lewat radio, gitu juga para bundanya.Tema “Yuk Peduli Lingkungan”. Sangat berbahagia saya, jika ibu berkenan untuk mengedukasi Bangsa ini melalui Radio resmi Pemerintah Kemen DIKBUD. Anak-anak? Dan terbayanglah saya akan tubuh-tubuh mungil yang aktif. Baik di rumah, di sekolah maupun dalam kendaraan umum/pribadi. Tidak pernah berhenti bergerak, sebentar duduk,  menit berikutnya sudah menggoyang-goyangkan  tubuh atau berlari-lari. Duh, mungkinkah mereka mau mendengarkan obrolan saya dan kak Anggi, penyiar acara Sapa Edu mengenai lingkungan ? Mu

Gerakan Hijau Komunitas

Ruang Terbuka Hijau  (RTH) sebagai daerah penyerapan air di perkotaan, demikian bunyi kampanye penghijauan di jalan Dr. Junjunan yang menyapa pendatang dari arah Jakarta menuju Bandung atau sebaliknya. Tulisan bergambar Ibu Negara, Ani Susilo Bambang Yudoyono mengusung slogan: “Menuju Ketahanan Pangan dan Meningkatkan Perekonomi Keluarga”. Mungkin pembaca akan mengernyit kurang paham. Bagaimana implementasinya?  Karena biasanya tanaman RTH selalu didominasi tanaman hias yang dipilih Dinas Pertamanan dan Pemakaman dengan alasan mudah dirawat, cukup memberi  pupuk dan menyiram secara berkala. Padahal masyarakat bisa berkontribusi dengan berkomunikasi dengan pihak terkait. Taman-taman kotapun bisa berubah menjadi tempat bermain dan lahan urban farming dimana selain tanaman hias bisa ditanami beberapa sayuran, misalnya tomat, terong, cabe atau sawi. Takut terkena polutan? Pilihannya juga beragam seperti singkong, kentang, bit, wortel dan ubi jalar. Dinas Pertamanan dan

Komunitas Perempuan Penggerak Sociopreneur

Perempuan multitasking : merawat anak, mengelola warung dan membuat kerajinan (dok. Maria G. Soemitro) “ Berbeda dengan pria, perempuan mempunyai kebebasan memilih. Pilihan untuk bekerja atau tidak” . Pendapat Umar Kayam (1932-2002) tersebut ada benarnya. Khususnya untuk kelompok perempuan yang memiliki skill sehingga dia bisa memilih bekerja tanpa meninggalkan tugas utamanya mendidik anak dan mengurus rumah tangga. Tetapi bagaimana halnya dengan perempuan non skill yang ingin bekerja? Kita lihat kasus Tari yang berjalan dengan penuh semangat. Kendati perutnya membesar karena usia kandungan sudah menginjak 9 bulan,  tidak menghalangi gerak langkah mengirim kue ke warung-warung dan kantin kecamatan. Hasilnya lumayan sekitar Rp 10.000 per hari atau sekitar Rp 250.000 - Rp 300.000 per bulan. Mengingat dia hanya mengerjakan di waktu malam (menyiapkan bahan kue) dan subuh (memasak kue sambil menyiapkan sarapan keluarga). Kemudian memasukkan kue ke warung, sorenya datang lagi un