Skip to main content

Aneka Ragam Pangan di HUT Jabar ke 67



Mengapa Indonesia harus impor pangan?

Pertanyaan tersebut pasti timbul melihat gelaran Badan Ketahanan Pangan Jawa Barat dalam meraih rekor MURI untuk memenuhi ambisi mencatat 1001 jenis makanan utama dan makanan camilan yang diolah dari 14 jenis bahan baku pangan non beras dan non tepung terigu.
1347886727801828818
berbagai masakan berbahan hanjeli, talas, singkong dan ubi (dok. Maria G. Soemitro)
Sayang walau didukung  26 kabupaten/kota  yang sangat antusias, Jabar hanya berhasil mengumpulkan 560 jenis makanan, meleset 50 % dari target. Penyebab kegagalan kemungkinan terbesar adalah karena waktu penyelenggaraan yang cukup menyulitkan.

Makanan harus diserahkan pada Jum’at siang tanggal 14 September sedangkan pencatatan MURI dilakukan pada keesokan harinya , tanggal 15 September 2012. Makanan pokok yang disimpan sehari semalam akan menjadi basi, kecuali makanan ringan/camilan.
Ke 14 jenis bahan baku yang digunakan adalah singkong, talas, sukun, ganyong, sorgum,  pisang, jagung, kentang, hanjeli, berbagai ubi (ubi kuning, ubi cilembu, ubi ungu hingga jalawure).

Khusus umbi jalawure(Tacca Leontopetaloides), mungkin terdengar asing karena merupakan tumbuhan liar di pesisir kabupaten Garut Selatan. Akrab dengan nama umbi Garut, tanaman ini diteliti dan diolah menjadi tepung oleh LIPI sebelum akhirnya  disosialisasikan pada masyarakat Garut.

Yang menarik tepung jalawure ternyata mengandung karbohidrat yang lebih tinggi dari tepung lainnya. Juga mengandung zat besi (Fe) 11,9 mg/gr dan Vitamin C 3,28 mg/100 gr. Kedua jenis zat gizi tersebut tidak terdapat pada tepung terigu, tepung beras, dan tepung Jagung.
1347881526571800495
beragam bahan baku masakan Indonesia (dok. Maria G. Soemitro)
Berbagai olahan umbi jalawure bersanding bersama olahan lainnya dalam bentuk paket mini dan dipertontonkan dipodium untuk diverifikasi oleh tim MURI.
Sedangkan sisanya digelar dalam stand icip-icip yang sayangnya langsung ludes sebelum pak gubernur Jabar, Ahmad Heryawan datang. Iyalah, pak Gubernur dijadwalkan datang pukul 07.00 WIB bertepatan dengan penyerahan piagam rekor MURI, eh beliau baru tiba pukul 11.00.  Pantaslah pada acara Cooperative Fair 2012,200 ekor burung pipit yang disiapkan untuk dilepas berakhir mati kepanasan karena terlalu lama menunggu……… #sedih.

Beruntung pengunjung gelaran festival makanan tidak harus bersedih apalagi bosan menunggu pak Gubernur. Karena selain banyak stand icip-icip, pengunjung juga dihibur tarian daerah.
134788209836263056
dok. Maria G. Soemitro
Dannnn…………ini yang paling asyik, 6 chef hotel berbintang dan resto prestisius kota Bandung menunjukan kepiawaiannya mengolah bahan baku yang sering kita temukan di pekarangan namun diabaikan.

Misalnya sukun gulung daging asap dengan saus krim. Resep ini menggunakan sukun muda yang kini banyak ditemui diperumahan/ di jalan-jalan perkotaan. Tapi akhirnya terbuang sia-sia karena umumnya ibu rumah tangga hanya menggoreng sukun masak. Anggota keluarga yang terlalu sering mendapat sajian sukun goreng juga menjadi bosan.  Tetapi hmmm………… bagaimana dengan ini?
1347882417675784702
sukun gulung daging asap dengan saus krim (dok. Maria G. Soemitro)

Kasi tau resepnya ngga ya?     ………mmm ternyata mudah, sukun muda yang sudah disimpan semalam (agar tidak bergetah ketika dikupas), dikupas, dikukus dan dibumbui garam merica, digulung seperti rolade bersama daging asap, dicelup ke dalam kocokan telur sebelum digoreng dan disajikan bersama saus krim. Gampang kan?

Atau Singkong Au Gratin dan Pepes Ikan Mas Gulung. Singkong diolah mirip potatoes au gratin atau mirip cassava schotel. Karena bumbunyapun sama, hanya kedudukan susu diganti santan.
Pepes ikanpun sama bumbunya dengan pepes ikan ala urang Sunda, bedanya ikan dan bumbu dikukus loyang khusus, sehingga ketika disajikan, hasilnya begitu berbeda:
13478834211638143856
singkong au gratin dan pepes ikan mas gulung (dok. Maria G. Soemitro)
Tak kalah menarik adalah olahan ganyong.
Selama ini penulis hanya mengetahui olahan tepung ganyong. Tetapi umbi ganyong yang tumbuh liar dipekarangan dan kini banyak diperjualbelikan di pasar-pasar kota besar ternyata bisa menjadi makanan utama pengganti beras. Hanya dengan memotong-motong, mengupas dan mengukusnya kemudian disajikan bersama iga kambing dan saus mint, maka jadilah :

Lyonaise Ganyong dengan Iga Kambing:
13478837721459148033
lyonaise ganyong dengan iga kambing (dok. Maria G. Soemitro)
Tapi yang membuat terheran-heran adalah biji hanjeli. Suatu tanaman mirip alang-alang yang tumbuh liar di kebun atau di pematang sawah. Bijinya menjadi alat bermain anak-anak karena kerasnya. Mengandung protein lebih tinggi dari beras, ketika sudah dimasak menjadi nasi tim hanjeli maka menjadi begitu mengundang selera:

13478847581362138271
nasi tim hanjeli dan sate goreng pedas (dok.Maria G. Soemitro)
Harga biji hanjeli yang telah diolah (dilepas dari kulit luarnya yang keras) memang mahal. Mencapai Rp 16.000/ kg. Tentu saja karena belum dibudidayakan sehingga ongkos produksinya menjadi sangat mahal.
Sebetulnya setiap chef dipersilakan memasak 2 macam olahan non beras dan non tepung terigu. Tetapi  paparan diatas kiranya cukup mengundang “dosa” karena hanya reportase bukan suguhan ……. :D, sehingga harus penulis tutup dengan  satu olahan chef Bony yaitu pancake ubi. Ubi yang selama ini hanya digoreng, dikukus atau dipanggang (ubi cilembu), ternyata bisa tampil secantik ini:
13478850011951911744
udang bakar saus mentega pancake ubi (dok. Maria G. Soemitro)
Hmmmm …………masihkah kita berkutat pada sugesti: “Belum makan kalau belum makan nasi?” Kita belum pernah mencoba bahan pokok lainnya sebagai makanan utama. Apakah sesudah makan mi yang terbuat dari ubi ungu, kita masih akan berteriak: laparrr………!?

Atau mi ganyong? Sayangnya berbagai olahan home industry ini tidak disajikan pada tanggal 15 September , penulis hanya melihat pada waktu persiapan sehari sebelumnya.
Akan sangat menarik apabila tidak sekedar pertunjukkan para chef tapi penggiat makanan non beras non tepung terigu yang sesungguhnya mendapat kesempatan untuk unjuk kebolehan dan berjualan di area festival. Misalnya disana dijual yamin ubi atau mi bakso ganyong. Bisa juga nasi goreng singkong ………….pasti sedap dan kampanyepun lebih tepat sasaran. Tidak sekedar show off.
Ataukah panitia ketakutan area menjadi kotor? Hal tersebut terlihat dari kesibukan membersihkan area jelang pak Gubernur tiba. Bukankah gerakan diversifikasi pangan ditujukan bagi masyarakat Indonesia dan bukan sekedar pameran serta tercatat di MURI?

13478871571058555688
harus bersih karena pak Gubernur hampir tiba (dok. Maria G. Soemitro)
Apapun alasan BKP Jabar, gelaran kali ini sungguh bermanfaat karena diselenggarakan pada pesta rakyat Jabar, De Syukron 2, tanggal 15 – 16 September 2012 untuk memperingati ulang tahun provinsi Jabar yang ke 67.  Bertempat di area parkir belakang gedung sate, para pengunjung membanjiri  festival makanan. Meskipun di beberapa titik area berlangsung berbagai kemeriahan.  Yaitu penampilan musik pop, blues dan musik tradisional di panggung megah depan pelataran Gedung Sate dan di depan gedung DPRD Jabar yang terletak berdampingan. Kemeriahan bertambah dengan lomba gambar tingkat sekolah dasar yang diikuti berbagai sekolah dengan tema : “Jawa Barat di Masa Depan”. Belum cukup, masih ada berbagai stand UMKM dan stand komunitas seni, lingkungan dan photography.
Malam harinya pengunjung mendapat “hadiah” pesta kembang api hasil kreativitas Sembilan matahari.  

Selamat ulang tahun Jawa Barat, wilujeng milad tanah Pasundan. Bumi yang konon diciptakan Tuhan sambil tersenyum.

Cantik, subur, gemah ripah loh jinawi.

Sayang manusia tidak becus mengurusnya sehingga sungai Citarum, sungai yang mengalir membelah Jawa Barat menjadi sungai terkotor di dunia. Dan kini ketika musim kemarau datang dalam hitungan bulan, di beberapa titik masyarakat Jawa Barat harus mengonsumsi air kubangan dan terancam krisis pangan. Karena hanya 2 opsi untuk air yang enggan mengalir  : untuk kebutuhan sehari-hari manusia atau untuk tumbuhan?
*MariaG. Soemitro*


1347935884873574334
dok. MariaG. Soemitro
1347887399134496112
(dok. Maria G. Soemitro)
13478880505379990
daun singkong, lele, bonggol dan jantung pisang berubah menjadi panganan enak
13479360031929899336
oleh-oleh cuci mata (dok. Maria G. Soemitro)
Catatan:
Beberapa foto tidak bisa dipublish karena hasilnya tidak bagus. Padahal menunjukkan kreatifitas tinggi seperti : mie ubi ungu, mie talas,  dendeng daun singkong, dendeng kulit singkong, dendeng jatung pisang, brownies singkong dan masih banyak lagi.

Comments

Popular posts from this blog

Nasi Tumpeng Singkong Yang Lekker

  Nasi tumpeng singkong pesanan Kecamatan Sukajadi Siapa yang tak kenal tumpeng? Setiap syukuran rumah baru, ulang tahun, khitanan dan berbagai even lain, umumnya penyelenggara pesta menghidangkan tumpeng. Mungkin karena mudah, tidak bingung menyerasikan nasi dan lauk pauknya. Yang penting rame ketika acara motong tumpeng yang biasanya ditandai dengan menyendok puncak tumpeng dan memberikan pada seseorang yang dihormati/disayangi.  Ternyata bentuk tumpeng yang mengerucut keatas merupakan symbol agar kualitas hidup terus meningkat, sedangkan lauk pauk menjadi symbol ekosistem kehidupan alam. Itulah mungkin penyebab begitu beragamnya lauk yang tersaji di tumpeng, mulai dari urap, telur balado, ayam goreng, sambal goreng tempe, perkedel dan tentu saja tak pernah ketinggalan: “sambal!” Mengingat begitu seringnya tumpeng disajikan, kamipun memutar otak agar syukur-syukur jika suatu kali nanti mendapat order, minimal ya memperkenalkan makanan olahan singkong dalam bentu

Imas Masitoh; Perempuan Pejuang dari Kampung Cibungur

Hidup dengan kekurangan materi tidak menyurutkan langkah Imas Masitoh Resmiati untuk berbuat baik pada sesama. Penjual gorengan berusia 42 tahun ini merasa terenyuh melihat banyaknya anak yatim piatu   disekitar tempat tinggalnya.   Imas memahami betapa mereka butuh perhatian dan kasih sayang. Kebutuhan intangible yang sering tidak dipedulikan   di masa serba cepat dan instan ini. Padahal banyak diantara anak yatim piatu yang tergolong anak berkebutuhan khusus. Imaspun   akhirnya   berinisiatif mengasuh mereka. Apa yang dilakukan Imas tergolong nekad. Penghasilan dari hasil menjual gorengan dan keset hasil kerajinan tangan yang dijajakan dari rumah ke rumah, jelas tidaklah cukup. Ditambah suaminya pengangguran akibat pemutusan hubungan kerja. Rumah kecilnya juga tidak dapat menampung penghuni baru karena Imas sudah memiliki 2 anak. Namun Imas percaya, Tuhan akan membantu setiap perbuatan baik. Dan keyakinannya terbukti, bantuan mengalir. Jumlah anak yang diasuhnya bertam

Perkedel Singkong Yang Yummyyyy........

  perkedel singkong, selalu disertakan pada tumpeng singkong Awalnya hanya ajakan untuk membuat nasi tumpeng singkong, sebagai pengganti nasi tumpeng beras yang jamak ditemui diperhelatan. Ternyata salah seorang anggota komunitas, ibu Odang berkreasi membuat perkedel singkong. Rasanya? Luar biasa, yummyyy …… mungkin karena ngga bikin eneg ya? Menurut ibu Odang, singkong bisa diparut halus dahulu kemudian dibumbui, atau dikukus hingga mekar kemudian dihaluskan selagi panas. Bahan-bahannya sebagai berikut: 500 gram singkong 100 gr daging cincang 1 sendok makan margarin 3 siung bawang putih dikeprek 2 siung bawang merah diiris halus 2 lembar daun bawang Merica secukupnya Pala halus secukupnya Garam secukupnya 1 kuning telur 1 putih telur Minyak untuk menggoreng Cara membuat: 1.     Panaskan margarine, tumis bawang merah dan bawang putih yang telah diulek bersama merica dan pala. 2.     Masukkan daging cincang, masak hingga harum dan ai