Skip to main content

Tulisan Rima

http://kopipakegula.wordpress.com/2012/07/30/maria-hardayanto-ibu-rumah-tangga-penebar-virus-hijau/





Maria G. Soemitro, Ibu Rumah Tangga Penebar Virus Hijau


Sebagian orang menilai menjadi ibu rumah tangga berarti memilih menarik diri dari ranah publik. Tidak ada lagi jenjang karir, tidak ada lagi aktualisasi dmairi, tidak ada lagi cita-cita turut memajukan bangsa. Jika Anda termasuk salah satu dari orang-orang ini, tunggu sampai Anda berkenalan dengan Maria G. Soemitro. Anda mungkin akan berubah pikiran. 
Suatu malam, saya cek satu per satu notifikasi Facebook yang pada malam itu sangatlah padat. Ternyata beberapa notifikasi datang dari Bunda yang sedang mempromosikan tulisannya di beberapa grup yang juga kebetulan saya ikuti. Jika kebetulan waktu saya luang, saya akan langsung membacanya, tapi jika sedang sedikit sibuk, saya bookmark dulu untuk saya baca lain waktu.
Ya, “Bunda,” begitulah saya memanggil sosok wanita ini. Dan ya, saya adalah penggemar berat tulisan-tulisan Bunda. Bukan tanpa alasan, saya menyukai tulisan-tulisan beliau karena isinya sangatlah inspiratif. Membayangkan bahwa sosok penulisnya berusia paruh baya, sontak membuat saya malu. Ternyata saya yang lebih muda dan berada pada usia puncak produktif masih kalah produktif dibanding Bunda.

Laman salah satu blog Maria Hardayanto
.

Ibu Rumah Tangga yang ‘Berkarir’ Melebihi Wanita Karir

“Kita sering bilang orang-orang Indonesia itu jorok dalam menjaga lingkungan, tapi kita tidak mau terjun langsung untuk membantu mereka. Yang saya lakukan hanya setitik debu, tapi saya yakin apa yang saya lakukan bermakna bagi mereka.” — MariaG. Soemitro
Bunda adalah seorang ibu rumah tangga. Namun kepeduliannya yang sangat besar terhadap isu lingkungan hidup dan pemberdayaan perempuan membuat Bunda tergerak untuk melakukan banyak aktivitas di luar rumah.
Saat ini Bunda mendampingi dan membina dua komunitas yang tinggal di pemukiman padat penduduk kota Bandung, yaitu Komunitas Engkang-engkang dan Komunitas Sukamulya Indah. Visinya sangatlah mulia, yaitu mewujudkan lingkungan yang lebih baik dan memberdayakan kaum perempuan untuk turut berpartisipasi dalam pembangunan berkelanjutan. Kegiatan ini murni beliau lakukan secara sukarela alias tanpa dibayar. “Yang ada Bunda malah nombokhehehe…” katanya sambil tertawa.
Saya beruntung sekali karena berkesempatan untuk ikut kumpul-kumpul dengan salah satu komunitas ini pada suatu sore. Sore itu saya bertemu Bunda yang sedang bersiap-siap bertemu Komunitas Engkang-engkang. Dengan pakaian rapi, Bunda menenteng reusable bagberisi cukup banyak barang. Rupanya Bunda baru saja selesai belanja untuk keperluan pertemuan kali ini sekaligus keperluan di rumahnya.
“Engkang-engkang,” nama yang cukup unik dan mungkin banyak yang menyalahartikannya dengan “ongkang-ongkang” yang bermakna sedikit negatif. Engkang-engkang adalah nama hewan semacam laba-laba air yang merupakan indikator alami sungai bersih dan jernih. Diharapkan nama ini bisa menjadi penyemangat ibu-ibu di bantaran Sungai Cidurian untuk menciptakan lingkungan yang lebih bersih, yang membuat engkang-engkang muncul kembali di sungai ini.

Bale-bale Komunitas Engkang-engkang
Keberuntungan saya berlipat ganda ketika ternyata edisi pertemuan kali itu adalah membuatcupcake tape dan ganyong. Sore itu Bunda membawa selembar print out resep yang didapatkannya dari internet. Kegiatan kali ini memang hanya memasak kue, tapi bukan berarti tidak ada poin belajarnya. Dari kegiatan ini kita belajar bahwa kita bisa menggunakan bahan lokal untuk mengganti bahan impor.
Selain menghemat biaya yang dikeluarkan, dengan menggunakan bahan lokal kita turut menjaga Bumi dengan “menghemat karbon.” Maksudnya adalah kita tidak ikut-ikutanmenghasilkan polusi dari kegiatan mengimpor barang.

Cupcake Tape dan Ganyong” hasil belajar Komunitas Engkang-engkang
Seru kan? Selanjutnya resep-resep inovatif yang pernah dicoba pada pertemuan komunitas bisa dipraktekkan sendiri oleh para ibu-ibu, dan hasilnya bisa dijual di warung. Anak-anak jadi bisa jajan makanan sehat yang bebas bahan kimia berbahaya. Satu hal lagi yang tak kalah penting: jajanan ini ramah lingkungan karena tidak menggunakan plastik sebagai pembungkus.
Memasak hanyalah satu dari banyak kegiatan yang dilakukan komunitas Engkang-engkang. Banyak kegiatan menarik dan sarat makna lainnya yang dilakukan oleh ibu-ibu anggota komunitas ini. Beberapa di antaranya adalah belajar memisah sampah, mengkampanyekan anti buang sampah di sungai, berkebun, mengkompos, dan membuat tas dari bungkus kemasan plastik. Yang pasti semua kegiatan tersebut mengacu pada prinsip pembangunan berkelanjutan.
(Dokumentasi Maria G. Soemitro)
.
Kegigihan Bunda yang tak kenal lelah kini telah membuahkan hasil. Selain memiliki lingkungan yang lebih bersih dan asri, kedua komunitas ini kini cukup dikenal sebagai salah satu “komunitas hijau” kota Bandung.
Banyak orang yang telah mengunjungi dan banyak media yang telah meliput kedua tempat ini. Kebanyakan orang datang untuk belajar tentang social entrepreneurship. Bahkan Wakil Walikota Bandung, Bapak Ayi Vivananda sering berkunjung ke Komunitas Engkang-engkang karena beliau sangat suka dengan semangat para ibu ini.
Pada bulan Juli 2012, kedua kampung ini juga terpilih sebagai kampung percontohan perubahan iklim Jawa Barat. Hebat kan:)
.

Selalu Ada Cinta untuk Keluarga

Dengan kegiatannya yang seabreg, tidak sejengkal pun Bunda menjadi jauh dari keluarganya. Keluarga adalah hal terpenting dalam hidup Bunda. Kecintaan inilah yang membuat beliau memilih menjadi ibu rumah tangga setelah selama beberapa tahun mencoba berkarir pasca lulus dari Fakultas Ekonomi Uninus Bandung. Alasannya sederhana, Bunda tidak rela jika anak-anaknya lebih dekat dengan pembantu daripada dengan dirinya.



Foto anak-anak di dinding rumah
Bahkan setelah anak-anaknya dewasa, Bunda masih memperlakukan mereka dengan manja. Tidak ada yang salah, toh memang seharusnya begitulah hubungan seorang ibu dengan anak-anaknya. Bunda selalu berbagi cerita tentang apa yang beliau kerjakan di luar rumah kepada anak-anaknya. Begitu pula sebaliknya, Bunda selalu mendengarkan cerita khas anak muda dari anak-anaknya, sambil mencoba membantu memberikan solusi apabila dibutuhkan.
Ada kalanya di antara anggota keluarga muncul perbedaan pendapat. Biasanya bunda menyikapinya dengan santai dan memilih cara musyawarah untuk mencapai mufakat. Bunda berprinsip bahwa setiap anggota keluarga punya hak yang sama dalam mengutarakan pendapat, tidak pandang bulu apakah posisi mereka sebagai anak atau orang tua. Tapi tentu saja ada batasan-batasan tertentu yang tidak bisa dilanggar.
Rasa cinta kepada keluarga Bunda curahkan dengan selalu menyediakan makanan sehat di meja makan. Jika ada jadwal berkegiatan di luar rumah, Bunda akan mempersiapkan bahan-bahan masakan sejak sehari sebelumnya, “jadi besok paginya tinggal sreng, sreng, sreng…” tambahnya.
Bukan hanya itu, Bunda juga berusaha menciptakan suasana rumah yang asri. Tentu saja “asri” menurut kamus pribadi beliau. Bunda memelihara banyak tanaman hias dan tanaman pangan di kebun depan dan belakang rumah. Ada pula kolam lele dan tong pengkomposan untuk mengolah sampah organis sisa dapur dan makanan. Melalui keasrian ini juga Bunda mengajarkan anak-anaknya untuk mencintai alam dan lingkungan.





.

Menemukan Tuhan dalam Pencarian

Bunda adalah seorang muallaf. Keputusan ini beliau ambil bukan karena alasan menikah atau atas paksaan orang lain, tapi berdasarkan hasil pencariannya sendiri. Satu hal lagi yang membuat saya kagum…. Bukan karena apa agama yang beliau pilih, tapi bagaimana proses beliau menemukan Tuhan dalam perjalanan hidupnya.
Bunda mempelajari agama Islam secara otodidak. Bunda bercerita, pada tahun 1980-an beliau membeli buku belajar mengaji dan buku petunjuk sholat di pinggir jalan yang saat itu harganya hanya Rp 1.000,00. Bunda membaca dan mempelajari buku-buku itu pada perjalanan menuju atau sepulang dari kantor menggunakan bis kota. Tekad Bunda sangatlah kuat: sekali masuk Islam, maka beliau harus menjadi muslim yang baik.
Sekarang, saat sudah fasih membaca Al-Qur’an, Bunda secara rutin mengikuti pengajian. Selain menambah relasi, kegiatan ini beliau manfaatkan untuk menebar ‘virus-virus’ hijau. Menjaga lingkungan juga termasuk ibadah, maka menyebarkan virus hijau bisa dihitung juga sebagai dakwah. :)
.

Tetap Tampil Cantik

Di balik kesibukannya, Bunda masih sempat merawat diri. “Bagaimanapun orang pertama kali menilai kita dari penampilan fisik. Kalau kita bersih dan rapi, orang akan lebih mau mendengar kita,” katanya bersemangat.
Sebenarnya tidak sulit untuk merawat kecantikan ala bunda. Cukup cuci muka setiap hari dan makan makanan yang sehat. Sekali-sekali boleh juga ke salon untuk memanjakan diri dan melakukan perawatan yang tidak bisa kita lakukan sendiri di rumah.
Pakaian dan asesoris Bunda sederhana saja, tidak mewah. Tapi Bunda sangat lihai dalam memadupadankan pakaian dengan asesoris sehingga enak dipandang mata. Coba lihat saja penampulan bunda di foto-foto ini, matching kan;)

Maria Hardayanto
Suatu saat pernah kami membahas tentang salah satu foto Bunda yang dipasang di Facebook. Bunda bercerita bahwa beliau memang mempersiapkan satu foto yang bagus, yang kelak akan dikenang saat beliau tiada.
Suatu hari saudara saya meninggal, dan di depan peti matinya terpasang foto terbaiknya semasa hidup. Saya jadi kepikiran bahwa saya harus punya foto yang bagus, jadi saat sudah tiada nanti, saya dikenang seperti pada foto itu,” katanya. Ya ampun, Bunda.. :D

Maria Hardayanto
.

Belajar dan Menjadi Inspirasi melalui Dunia Maya

Banyak hal yang Bunda capai saat ini merupakan hasil dari proses belajar secara mandiri. Adanya internet membuat proses belajar mandiri dan berjejaring menjadi lebih mudah dan cepat. Inilah salah satu keuntungan hidup di era digital.
Melalui internet pula Bunda menjadi sumber inspirasi. Saya mungkin tidak akan pernah tahu sosok ibu rumah tangga moderen ini jika saya tidak berjejaring dengan beliau melaui Facebook. Saya juga mungkin tidak akan pernah tahu tentang Komunitas Engkang-engkang jika Bunda tidak menuliskannya di blognya. Begitu pula dengan orang-orang lain.

Maria G. Soemitro: ibu rumah tangga yang melek teknologi dan internet
Kini Bunda telah menjadi inspirasi bagi banyak orang, khususnya kaum perempuan. Bunda berharap ibu-ibu rumah tangga di Indonesia tidak cepat puas dengan apa yang dimiliki sekarang. Mereka harus terus merasa haus akan pengetahuan dan pengalaman baru, karena sejatinya banyak hal yang bisa dilakukan oleh ibu rumah tangga yang bisa bermanfaat bagi dirinya sendiri, keluarga, maupun lingkungannya.
Hidup di negara berkembang memang dipenuhi banyak “masalah:” harga BBM yang semakin mahal, harga sembako yang melangit, lingkungan yang semakin kotor, dan lain sebagainya. Menurut Bunda, berkeluh kesah dan menyalahkan pemerintah tidaklah berguna. Lebih baik kita gunakan energi dan waktu yang kita punya untuk melakukan sesuatu yang sederhana tapi bermanfaat.
Terima kasih Bunda, karena telah menjadi inspirasi bagi kami, kaum perempuan. Melalui pencapaian selama ini, Bunda telah membuktikan bahwa usia dan gender bukanlah penghalang untuk maju dan membawa perubahan. Bunda juga telah mematahkan anggapan miring bahwa menjadi ibu rumah tangga berarti berhenti beraktualisasi diri dan tidak turut memajukan bangsa. Semoga angin yang menerbangkan “virus-virus” yang Bunda ciptakan selalu berhembus sehingga virus-virus ini hinggap di semakin banyak tempat.
Mari kaum perempuan, ikuti langkah Bunda. Siapkan tekadmu dan mulailah melakukan perubahan sederhana yang bermanfaat! :)

Terimakasih @Rima Putri Agustina, alumni SITH ITB, yang kini sedang berbahagia dengan putri pertamanya.
https://www.facebook.com/rimaputriagustina?fref=ts

Comments

Popular posts from this blog

Nasi Tumpeng Singkong Yang Lekker

  Nasi tumpeng singkong pesanan Kecamatan Sukajadi Siapa yang tak kenal tumpeng? Setiap syukuran rumah baru, ulang tahun, khitanan dan berbagai even lain, umumnya penyelenggara pesta menghidangkan tumpeng. Mungkin karena mudah, tidak bingung menyerasikan nasi dan lauk pauknya. Yang penting rame ketika acara motong tumpeng yang biasanya ditandai dengan menyendok puncak tumpeng dan memberikan pada seseorang yang dihormati/disayangi.  Ternyata bentuk tumpeng yang mengerucut keatas merupakan symbol agar kualitas hidup terus meningkat, sedangkan lauk pauk menjadi symbol ekosistem kehidupan alam. Itulah mungkin penyebab begitu beragamnya lauk yang tersaji di tumpeng, mulai dari urap, telur balado, ayam goreng, sambal goreng tempe, perkedel dan tentu saja tak pernah ketinggalan: “sambal!” Mengingat begitu seringnya tumpeng disajikan, kamipun memutar otak agar syukur-syukur jika suatu kali nanti mendapat order, minimal ya memperkenalkan makanan olahan singkong dalam bentu

Imas Masitoh; Perempuan Pejuang dari Kampung Cibungur

Hidup dengan kekurangan materi tidak menyurutkan langkah Imas Masitoh Resmiati untuk berbuat baik pada sesama. Penjual gorengan berusia 42 tahun ini merasa terenyuh melihat banyaknya anak yatim piatu   disekitar tempat tinggalnya.   Imas memahami betapa mereka butuh perhatian dan kasih sayang. Kebutuhan intangible yang sering tidak dipedulikan   di masa serba cepat dan instan ini. Padahal banyak diantara anak yatim piatu yang tergolong anak berkebutuhan khusus. Imaspun   akhirnya   berinisiatif mengasuh mereka. Apa yang dilakukan Imas tergolong nekad. Penghasilan dari hasil menjual gorengan dan keset hasil kerajinan tangan yang dijajakan dari rumah ke rumah, jelas tidaklah cukup. Ditambah suaminya pengangguran akibat pemutusan hubungan kerja. Rumah kecilnya juga tidak dapat menampung penghuni baru karena Imas sudah memiliki 2 anak. Namun Imas percaya, Tuhan akan membantu setiap perbuatan baik. Dan keyakinannya terbukti, bantuan mengalir. Jumlah anak yang diasuhnya bertam

Perkedel Singkong Yang Yummyyyy........

  perkedel singkong, selalu disertakan pada tumpeng singkong Awalnya hanya ajakan untuk membuat nasi tumpeng singkong, sebagai pengganti nasi tumpeng beras yang jamak ditemui diperhelatan. Ternyata salah seorang anggota komunitas, ibu Odang berkreasi membuat perkedel singkong. Rasanya? Luar biasa, yummyyy …… mungkin karena ngga bikin eneg ya? Menurut ibu Odang, singkong bisa diparut halus dahulu kemudian dibumbui, atau dikukus hingga mekar kemudian dihaluskan selagi panas. Bahan-bahannya sebagai berikut: 500 gram singkong 100 gr daging cincang 1 sendok makan margarin 3 siung bawang putih dikeprek 2 siung bawang merah diiris halus 2 lembar daun bawang Merica secukupnya Pala halus secukupnya Garam secukupnya 1 kuning telur 1 putih telur Minyak untuk menggoreng Cara membuat: 1.     Panaskan margarine, tumis bawang merah dan bawang putih yang telah diulek bersama merica dan pala. 2.     Masukkan daging cincang, masak hingga harum dan ai