Skip to main content

Terimakasih Reta Yudistyana - Bandung Review

Selalu ada hikmah di balik setiap kejadian. Rasanya pepatah itu tepat disematkan pada sosok aktifis di bidang lingkungan, Maria Hardayanto.

Awalnya adalah peristiwa “Bandung Lautan Sampah”, 2005. Sebuah julukan yang tidak enak di dengar, mengingat Bandung sebelumnya selalu identik dengan slogan “Berhiber”-nya, bersih, hijau, dan berbunga. Saat itu, timbunan sampah terlihat di mana-mana. Bau menyengat pun nyaris menjadi ‘pemandangan’ sehari-hari warga kota. Beberapa media cetak menyatakan, realitas ini terjadi sebagai dampak dari longsornya TPA Leuwi Gajah yang terletak di perbatasan Cimahi dan Bandung. Akibatnya, sampah-sampah yang dihasilkan warga menumpuk di TPS atau dibiarkan di pinggir jalan.

“Pola pikir saya saat itu masih seperti yang lainnya. Sebuah mesin bisa menyelesaikan masalah,” tutur perempuan kelahiran 3 Juli 1961 ini. Mesin yang dimaksud adalah pembangkit listrik tenaga sampah, yang saat itu dinilai banyak pihak termasuk walikota bisa mengatasi permasalahan lingkungan ini.

Belakangan, Maria yang akrab dipanggil ‘Bunda’ ini baru menyadari permasalahannya bukan pada ketidakadaan mesin untuk mengolah, melainkan lebih pada gaya hidup masyarakat sebagai para penghasil sampah-sampah tersebut. Ia pun banyak membaca dari koran, khususnya sebuah media lokal yang banyak memuat tulisan Otto Soemarwoto (alm) mengenai gaya hidup. “Dari situ saya jadi tahu bahwa sampah bisa diolah misalnya dengan komposter atau dibuat menjadi kerajinan,” jelasnya.

Setelah putri bungsunya beranjak dewasa, Bunda Maria memutuskan beraktifitas di luar rumah, mengatasi masalah sampah ini. Minatnya yang tinggi pada lingkungan membuat ibu dari empat orang anak ini nekat ‘mendekati’ beberapa sekolah di lingkungan tempat tinggalnya untuk mengajari cara memilah sampah pada anak-anak SD. “Saya ajak mereka memisahkan sampah dengan kotak takakura,” cerita Bunda Maria. Dengan demikian, ia berharap gaya hidup ramah lingkungan bisa terbawa sampai anak-anak itu tumbuh dewasa kelak.

Selesai dengan anak-anak tidak membuat Bunda Maria cepat puas. Ia pun mencari komunitas yang bisa dijadikan acuan tentang pemilahan sampah ini. Sayangnya, saat itu Indonesia belum memiliki komunitas yang dianggap bisa menjadi contoh penerapan gaya hidup hijau dan bersih. Kini, ia menjadi pendamping sekaligus pembina dua komunitas yang bergerak di bidang lingkungan, Engkang-engkang dan Sukamulya Indah. Jika Engkang-engkang berlokasi di sekitar tempat tinggalnya, Sukamulya Indah justru perlu waktu sekitar 1,5 jam untuk sekali perjalanan. Pertengahan Juli 2012, kedua komunitas ini di daulat menjadi “Kampung Percontohan Perubahan Iklim Jawa Barat”.

Dalam pendekatannya kepada ibu-ibu di komunitas, Bunda selalu menekankan bahwa masalah sampah ini sebenarnya seperti sebuah lingkaran. “Kita masak. Menghasilkan sampah (sisa proses memasak). Dijadikan kompos. Hasil pengomposan bisa digunakan untuk urban farming. Dari urban farming, hasil panennya bisa digunakan lagi untuk memasak,” jelas perempuan yang penuh semangat ini.

Selain belajar memilah sampah dan membuat urban farming, Bunda pun sesekali mengajak para anggota komunitas memasak. Bukan masakan yang rumit, melainkan menu sederhana seperti kue berbahan dasar ganyong. Melalui kegiatan ini, Bunda sepertinya ingin menanamkan bahwa bahan lokal seperti umbi-umbian pun bisa menghasilkan cemilan yang enak dan sehat. Selain harganya lebih murah, penggunaan bahan lokal adalah salah satu gaya hidup ramah lingkungan karena tidak ikut menghasilkan polusi dari kegiatan mengimpor barang.

Di rumah, Bunda sering menyempatkan waktu untuk menuliskan kegiatannya melalui sebuah situs jurnalisme warga. Selain sebagai ‘dokumentasi’ aktifitasnya, aneka tulisan tersebut juga membantunya tetap mengasah pikiran. “Walau kadang tulisannya suka nyeleneh ke mana-mana,” akunya sambil tergelak. Berkat keaktifannya menjadi pewarta warga, ia meraih penghargaan “Kompasianer of The Year 2012”.

Bagi Bunda, berkomunitas dan menulis adalah dua hal yang sangat menyenangkan. Dengan memiliki aktifitas, daya pikir tetap terasah sehingga mencegah kepikunan dini. “Bikin lebih hidup,” ungkapnya bersemangat. Ia pun tetap menjaga keseimbangan hidup dengan meluangkan waktu bersama keluarga di sela kesibukannya.

Perjuangan perempuan masa kini sudah tidak perlu senjata lagi seperti di masa lampau. Dengan berkontribusi nyata di masyarakat, bergabung di komunitas, dan berbagi melalui tulisan, perempuan sudah bisa menunjukkan partisipasinya dalam pembangunan. Hidup perempuan Indonesia! (RY)

Haturnuhun Reta , jazakumullahu khairon katsiro....... *sekedar berbagi bahwa satu gerakan kecil bisa berdampak besar.


Tags : Bandung, Bandungreview, Indonesia, BRDC, Cimahi, Memasak, Lingkungan, Takakura, Kartini, Aktifis, Berhiber, Bunda, Bandung Lautan Sampah, Engkang-Engkang, Ganyong, Kompasiana, Kampung Percontohan Perubahan Iklim Jawa Barat, Leuwi Gajah, Maria Hardayanto, Otto Soemarwoto, Sukamulya Indah, Spesial Kartini: Maria Hardayanto, Komunitas & Menulis Membuat Lebih Hidup, Special Kartini: Maria Hardayanto, More Alive with Community and Writing, TPA

Comments

Popular posts from this blog

Nasi Tumpeng Singkong Yang Lekker

  Nasi tumpeng singkong pesanan Kecamatan Sukajadi Siapa yang tak kenal tumpeng? Setiap syukuran rumah baru, ulang tahun, khitanan dan berbagai even lain, umumnya penyelenggara pesta menghidangkan tumpeng. Mungkin karena mudah, tidak bingung menyerasikan nasi dan lauk pauknya. Yang penting rame ketika acara motong tumpeng yang biasanya ditandai dengan menyendok puncak tumpeng dan memberikan pada seseorang yang dihormati/disayangi.  Ternyata bentuk tumpeng yang mengerucut keatas merupakan symbol agar kualitas hidup terus meningkat, sedangkan lauk pauk menjadi symbol ekosistem kehidupan alam. Itulah mungkin penyebab begitu beragamnya lauk yang tersaji di tumpeng, mulai dari urap, telur balado, ayam goreng, sambal goreng tempe, perkedel dan tentu saja tak pernah ketinggalan: “sambal!” Mengingat begitu seringnya tumpeng disajikan, kamipun memutar otak agar syukur-syukur jika suatu kali nanti mendapat order, minimal ya memperkenalkan makanan olahan singkong dalam bentu

Imas Masitoh; Perempuan Pejuang dari Kampung Cibungur

Hidup dengan kekurangan materi tidak menyurutkan langkah Imas Masitoh Resmiati untuk berbuat baik pada sesama. Penjual gorengan berusia 42 tahun ini merasa terenyuh melihat banyaknya anak yatim piatu   disekitar tempat tinggalnya.   Imas memahami betapa mereka butuh perhatian dan kasih sayang. Kebutuhan intangible yang sering tidak dipedulikan   di masa serba cepat dan instan ini. Padahal banyak diantara anak yatim piatu yang tergolong anak berkebutuhan khusus. Imaspun   akhirnya   berinisiatif mengasuh mereka. Apa yang dilakukan Imas tergolong nekad. Penghasilan dari hasil menjual gorengan dan keset hasil kerajinan tangan yang dijajakan dari rumah ke rumah, jelas tidaklah cukup. Ditambah suaminya pengangguran akibat pemutusan hubungan kerja. Rumah kecilnya juga tidak dapat menampung penghuni baru karena Imas sudah memiliki 2 anak. Namun Imas percaya, Tuhan akan membantu setiap perbuatan baik. Dan keyakinannya terbukti, bantuan mengalir. Jumlah anak yang diasuhnya bertam

Perkedel Singkong Yang Yummyyyy........

  perkedel singkong, selalu disertakan pada tumpeng singkong Awalnya hanya ajakan untuk membuat nasi tumpeng singkong, sebagai pengganti nasi tumpeng beras yang jamak ditemui diperhelatan. Ternyata salah seorang anggota komunitas, ibu Odang berkreasi membuat perkedel singkong. Rasanya? Luar biasa, yummyyy …… mungkin karena ngga bikin eneg ya? Menurut ibu Odang, singkong bisa diparut halus dahulu kemudian dibumbui, atau dikukus hingga mekar kemudian dihaluskan selagi panas. Bahan-bahannya sebagai berikut: 500 gram singkong 100 gr daging cincang 1 sendok makan margarin 3 siung bawang putih dikeprek 2 siung bawang merah diiris halus 2 lembar daun bawang Merica secukupnya Pala halus secukupnya Garam secukupnya 1 kuning telur 1 putih telur Minyak untuk menggoreng Cara membuat: 1.     Panaskan margarine, tumis bawang merah dan bawang putih yang telah diulek bersama merica dan pala. 2.     Masukkan daging cincang, masak hingga harum dan ai