Skip to main content

Pemberdayaan Perempuan? Apa Maknanya?


1295339662387809241
doc.google
Jum’at, 14 Januari lalu saya beruntung mengikuti ajakan seorang teman untuk mengikuti pertemuan suatu ormas (organisasi masyarakat) pemberdayaan perempuan Indonesia wilayah Jawa Barat yang kebetulan mendapat kunjungan kehormatan dari ibu Sekjen Pimpinan Pusat ormas tersebut.

Mengapa beruntung ? Karena saya betul-betul awam masalah ormas, khususnya ormas yang berkiprah positif. Setahu saya (maaf kalau salah, kan sudah saya tulis bahwa saya awam), ormas bergerak, berjuang maju tak gentar membela “yang bayar”. Walaupun berita terakhir ada deklarasi Nasdem yang menunjukkan keormasan dapat diusung keranah positif.
Tapi sepak terjang Nasdempun masih belum jelas. Baru sebatas deklarasi di hotel berbintang, menggunakan seragam bagus. Memberi bantuan kepada korban bencana alam. Sesudah itu ? Entahlah, karena yang banyak membantu korban pasca bencanajustru masyarakat “tanpa seragam”.

Tidak seperti Nasdem , pertemuan ormas se-Jawa Barat ini tidak berseragam bagus. Bajunya suka-suka, ada batik , ada baju muslim, tetapi ada juga yang memakai setelan hitam-hitam, konon seperti itulah seragamnya.

Suasananya memang menyenangkan, maklum saya belum pernah mengikuti pertemuan yang dihadiri kaum perempuan semua tanpa laki-laki satupun. Mungkin seperti inilah konggres wanita 22 Desember dulu, cikal bakal disahkannya “Hari Ibu”. Semua peserta saling mengenalkan diri , ada sekitar 30 orang perempuan yang mewakili kota-kota di Jawa-Barat seperti Cirebon, Kuningan, Bogor, Sukabumi, Sumedang dan pastinya tuan rumah, Bandung.

Acara yang dimulai dengan terlambat sekitar satu jam, diisi pidato ketua ormas Bandung, ketua ormas Jawa-Barat hingga tiba-tiba datang tamu dari ormas pusat yaitu ibu Sekjen. 

Kehadirannya langsung disusul pidato yang menggebu-gebu, tentang deklarasi, tentang sibuknya ibu Ketua yang merupakan salah satu petinggi partai dan sedang menyelesaikan S3nya. Dan yang terakhir tentang pengalamannya mengunjungi Aceh dimana dia bertemu banyak pejabat, dimana dia ditawari banyak proyek, dimana ada uang, uang, dan …. uang!

Saya mengernyit mendengar pidato berdurasi satu setengah jam ini. Bukan karena tidak mengerti isi pidato beliau. Tetapi tidak mengerti arah tujuan ormas yang dia pimpin. Bukankah ini ormas pemberdayaan perempuan tapi kok seperti ormas pemberdayaan masyarakat yang bergender perempuan?

Mengapa ? Karena ibu Sekjen dan mungkin juga seisi ruangan mengartikan pemberdayaan perempuan sebagai perempuan yang bekerja. Perempuan yang berkarier. Sedangkan ibu rumah tangga yang tidak bekerja dan hanya menerima jatah uang bulanan dari suami bukanlah perempuan yang berdaya.

Tidak dapat dipungkiri , seorang perempuan yang bekerja adalah perempuan yang berdaya karena dia mampu memilih , mampu mengambil langkah. Seorang Sri Mulyani Indrawati jelas seorang perempuan yang berdaya, dia berdaya ketika memilih jurusan di Perguruan Tinggi Negeri, dia berdaya ketika memilih menikah dan diapun berdaya ketika memilih pekerjaan.

Tapi apakah seorang ibu rumah tangga “saja”, dapat diartikan tidak berdaya ? 

Belum tentu, walaupun gaji suaminya hanya sebesar UMR (Upah Minimum Regional), dia berdaya karena memilih hanya mengurus suami dan anak-anak dengan penuh cinta. Pergi ke pengajian ketika urusan rumah tangga yang dirasa perlu sudah beres. Ikut senam bersama di kampung. Ikut arisan di wilayah RT/RWnya. Kemudian menceritakan tentang senamnya, isi pengajian, isi ketawa-ketiwi bersama teman-temannya kepada anak dan suaminya. Demikian pula si anak dan suami, menceritakan aktivitas mereka diluar rumah. Bukankah kebahagiaan keluarga itu menunjukkan keberdayaan si perempuan (si ibu rumahtangga )?

12953388921787207069
doc.google
Mungkin ada yang masih ingat kasus, Aniek Qoriah Sriwijaya yang membunuh 3 orang anaknya ditahun 2006 ? Pendapat ahli yang tidak mengadakan wawancara langsung, menduga bahwa Aniek mengidap schizophrenia. Tetapi penelusuran saya ke teman-teman terdekat Aniek, menunjukkan bahwa Aniek normal-normal saja .

Terlalu berlebihan kalau ada yang mengatakan bahwa tekanan financial mengakibatkan Aniek membunuh ke 3 orang anaknya. Jangan dilupakan adanya fakta bahwa Aniek dan suaminya adalah alumni Perguruan Tinggi ternama di Indonesia. Mereka tinggal di kawasan yang layak. Suaminya mendapat hak menggunakan mobil dinas tempat dia bekerja. Dan di sekitar tahun 2006 tersebut gaji sang suami sekitar 5-6 kali UMR.

Jadi apa yang salah ? Kemungkinan dia tidak “didengar”, ada komunikasi yang hilang antara orang tua, Aniek, suami dan teman-temannya. Khususnya ketika pasca melahirkan ( silakan klik disini dan disini ). Dilain pihak, anak-anaknya masih terlampau kecil untuk diajak bicara. Semuanya berakumulasi sehingga terjadilah tragedy tersebut.

Jadi yang diperlukan perempuan adalah “didengar”, yang kedua “berkomunikasi” dan yang ketiga adalah “memilih”, sehingga kata : bekerja, berkarier dan “menghasilkan uang yang banyak” adalah tehnis pelaksanaan dari keinginan seorang perempuan untuk“memilih”. Sebagian perempuan lagi mungkin memilih bersekolah lagi, memilih mengurus orang tuanya, bahkan memilih hanya diam dirumah untuk menonton sinetron dan infotainmentpun harus dihormati dan dihargai.

Karena kebahagiaan tidak dapat dikatrol dengan pemberdayaan, tidak dapat diukur dengan banyaknya materi yang didapat, kebahagiaan adalah milik individu yang ukurannya hanya dimiliki individu masing-masing.

Memang ketika IPM (Indeks Pembangunan Manusia) menurun , sebagian perempuan berpikir bahwa posisinya sangat tidak menguntungkan , keadilan tidak dirasakan karena beban yang timpang. Tapi apabila anda seorang perempuan muslim dan mau memahami Al Qur’an secara utuh , akan mudah ditemui tujuan Al Qur’an sebagai pedoman hidup kaum muslim yaitu : keadilan, persamaan, keseimbangan, tanggung jawab moral, kesadaran spiritual dan kemajuan umat manusia.

Jadi bagaimana dengan tujuan pemberdayaan perempuan yang  diusung ormas pemberdayaan perempuan tersebut ? Seharusnya dimulai dengan perubahan paradigma. Jangan sekedar bergender perempuan kemudian ramai-ramai meminta poyek. Meminta kuota di parlemen. Tetapi perubahan kedalam organisasi harus dilakukan dengan memulai berpikir “sebagai perempuan”, jangan netral gender. 

Kalau perlu diadakan penelitian perwilayah, apakah yang diperlukan kaum perempuan di wilayah tersebut. Hasil penelitian akan menunjukkan apakah yang diperlukan kaum perempuan di wilayah itu untuk berdaya. Mungkin hasilnya akan mengejutkan , tapi yang pasti akan membawa perubahan yang berarti bagi pembangunan manusia Indonesia.

**Maria Hardayanto**

Comments

Popular posts from this blog

Nasi Tumpeng Singkong Yang Lekker

  Nasi tumpeng singkong pesanan Kecamatan Sukajadi Siapa yang tak kenal tumpeng? Setiap syukuran rumah baru, ulang tahun, khitanan dan berbagai even lain, umumnya penyelenggara pesta menghidangkan tumpeng. Mungkin karena mudah, tidak bingung menyerasikan nasi dan lauk pauknya. Yang penting rame ketika acara motong tumpeng yang biasanya ditandai dengan menyendok puncak tumpeng dan memberikan pada seseorang yang dihormati/disayangi.  Ternyata bentuk tumpeng yang mengerucut keatas merupakan symbol agar kualitas hidup terus meningkat, sedangkan lauk pauk menjadi symbol ekosistem kehidupan alam. Itulah mungkin penyebab begitu beragamnya lauk yang tersaji di tumpeng, mulai dari urap, telur balado, ayam goreng, sambal goreng tempe, perkedel dan tentu saja tak pernah ketinggalan: “sambal!” Mengingat begitu seringnya tumpeng disajikan, kamipun memutar otak agar syukur-syukur jika suatu kali nanti mendapat order, minimal ya memperkenalkan makanan olahan singkong dalam bentu

Imas Masitoh; Perempuan Pejuang dari Kampung Cibungur

Hidup dengan kekurangan materi tidak menyurutkan langkah Imas Masitoh Resmiati untuk berbuat baik pada sesama. Penjual gorengan berusia 42 tahun ini merasa terenyuh melihat banyaknya anak yatim piatu   disekitar tempat tinggalnya.   Imas memahami betapa mereka butuh perhatian dan kasih sayang. Kebutuhan intangible yang sering tidak dipedulikan   di masa serba cepat dan instan ini. Padahal banyak diantara anak yatim piatu yang tergolong anak berkebutuhan khusus. Imaspun   akhirnya   berinisiatif mengasuh mereka. Apa yang dilakukan Imas tergolong nekad. Penghasilan dari hasil menjual gorengan dan keset hasil kerajinan tangan yang dijajakan dari rumah ke rumah, jelas tidaklah cukup. Ditambah suaminya pengangguran akibat pemutusan hubungan kerja. Rumah kecilnya juga tidak dapat menampung penghuni baru karena Imas sudah memiliki 2 anak. Namun Imas percaya, Tuhan akan membantu setiap perbuatan baik. Dan keyakinannya terbukti, bantuan mengalir. Jumlah anak yang diasuhnya bertam

Perkedel Singkong Yang Yummyyyy........

  perkedel singkong, selalu disertakan pada tumpeng singkong Awalnya hanya ajakan untuk membuat nasi tumpeng singkong, sebagai pengganti nasi tumpeng beras yang jamak ditemui diperhelatan. Ternyata salah seorang anggota komunitas, ibu Odang berkreasi membuat perkedel singkong. Rasanya? Luar biasa, yummyyy …… mungkin karena ngga bikin eneg ya? Menurut ibu Odang, singkong bisa diparut halus dahulu kemudian dibumbui, atau dikukus hingga mekar kemudian dihaluskan selagi panas. Bahan-bahannya sebagai berikut: 500 gram singkong 100 gr daging cincang 1 sendok makan margarin 3 siung bawang putih dikeprek 2 siung bawang merah diiris halus 2 lembar daun bawang Merica secukupnya Pala halus secukupnya Garam secukupnya 1 kuning telur 1 putih telur Minyak untuk menggoreng Cara membuat: 1.     Panaskan margarine, tumis bawang merah dan bawang putih yang telah diulek bersama merica dan pala. 2.     Masukkan daging cincang, masak hingga harum dan ai