Hidup seorang perempuan haruslah berharga. Dia harus bangga karena tidak sekedar cantik tetapi juga memiliki potensi sehingga mempunyai hak untuk memilih. Keleluasaan berpikir dan bertindak yang membawa pengaruh besar bagi bangsanya. Pesan itulah yang dibawa setiap peserta sepulangnya dari acara Femme Talks & Awarding YCPA 2012 yang diselenggarakan Caring Colours Martha Tilaar di Ballroom Djakarta Theatre, Jl MH Thamrin No.9 Jakarta, tanggal 16 Juni 2012.
Acara dengan 9 tokoh inspiratif, dikejutkan dengan kedatangan Menteri BUMN, Dahlan Iskan. Dahlan Iskan yang sedang popular dan tidak tercantum dalam daftar narasumber rupanya menjadi kejutan menyenangkan bagi para undangan. Terbukti dari banyaknya peserta acara yang mengeremuni dan berebut untuk berfoto bersama.
Didaulat untuk memberi sambutan awal, beliau menyatakan bahwa 2 petingggi PLN adalah perempuan. Bahkan apabila berkesempatan lebih lama menjadi Direktur Utama PLN, mungkin semua petinggi PLN adalah perempuan. Beliau juga menyayangkan 2 tahun masa transisi sesudah melahirkan yang membuat perempuan meninggalkan kariernya. Seharusnya setelah 2 tahun tersebut perempuan bisa langsung kembali bekerja di perusahaan semula.
Pidato indah yang senyatanya mengecilkan peranan perempuan. Sudah lewat masanya kebingungan mengenai kesetaraan gender. Perempuan harus mampu menunjukkan kemampuan sama atau melebihi pria. Dia harus senantiasa mengasah diri agar terpilih bukan disebabkan bergender perempuan.
Keberadaan perempuan dibutuhkan karena dia mampu bekerja sama dengan pria seperti yang telah ditunjukkan narasumber Lucy Wiryono Owner of Holycow Steakhouse by Chef Aafit. Chef Aafit adalah suaminya. Sebelum terjun ke bisnis kuliner mereka berdua bekerja di stasiun televisi swasta hingga akhirnya sang suami berniat menekuni bisnis kuliner. Keinginan yang didukung penuh oleh Lucy untuk kemudian bahu membahu dengan sang suami mencari cara marketing jitu dan tak lupa menyejahterakan karyawannya.
Demikian juga dengan Tri Mumpuni, Direktur IBEKA (Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan). Berpasangan dengan suaminya saling melengkapi. Sang suami , Iskandar Budisaroso Kuntoadji hanya akan berpikir tentang mikrohidro sebagai energy terbarukan bagi rakyat yang belum terjangkau listrik. Tetapi Tri Mumpunilah motor penggerak yang mengadakan pendekatan pada masyarakat agar listrik yang dihasilkan bisa menyejahterakan masyarakat. Tidak sekedar untuk menghidupkan televisi yang dipenuhi acara-acara hiburan semata.
Tri Mumpuni, negosiator handal yang mampu meyakinkan negara donor untuk membiayai pembangunan mikrohidro sekaligus “merayu” masyarakat untuk memeliharanya. Berkat kesabarannya pulalah, perjuangan yang dimulai tahun 1984 akhirnya berhasil di tahun 1999 dimana listrik yang dihasilkan mikrohidro masyarakat Subang dibeli PLN.
Tanpa pendidikan tinggi, sulit sekali menentukan langkah. Kemampuan otodidak bisa didapat, tetapi hanya segelintir yang mampu. Sayangnya biaya pendidikan tinggi terlalu mahal. Hal tersebut sangat dipahami Betti S. Alisjahbana, Founder of QB Leadership Center. Karena itulah QB Leadership Center mengumpulkan dana bagi mereka yang tidak mampu dan berkuliah di ITB, programnya dinamakan BIUS.
Tapi yang terpenting, setiap insan baik perempuan maupun pria haruslah mensyukuri setiap pekerjaan yang mereka peroleh. Baik sesuai minat ataupun tidak. Karena itulah tonggak untuk meningkatkan prestasi, demikian menurut Alvin Adam, Presenter Just Alvin Metro TV dalam “Jurnalisme Rasa”. Belasan tahun Alvin Adam berkiprah di stasiun TV yang sama tanpa bergeming ketika menerima tawaran lain. Alvin Adampun giat meningkatkan rating acaranya dengan mencari banyak masukan sehingga acaranya disukai banyak pemirsa dari semua kalangan masyarakat.
Hampir serupa dengan Alvin Adam, Rudy Ramawi, Country Head Google Indonesia berbagi kiat agar jangan terlena pada area comfort zone. Selalulah belajar agar terus tumbuh dam memberi impact positif lebih banyak bagi diri, keluarga dan lingkungan dimanapun kita berada.
Karena seperti yang dikemukakan Deborah Dewi, Graphologist & YCPA Winner 2011, setiap insan dilahirkan berbeda dan mempunyai keunggulan masing-masing. Hal tersebut dapat terlihat dari tulisan tangan yang mempunyai ciri khas. Sehingga siapapun bisa berkontribusi bagi perbaikan yang berbeda-beda, walaupun mempunyai profesi sama atau bahkan terlahir dari orang tua yang sama.
Dengan demikian tepat sekali apa yang dikatakan Rene Suhardono, Career Coach & Founder of Impact Factory: “We do good because we are good and we enjoy it”. Karena tanpa kepercayaan diri, tanpa keyakinan bahwa dirinya layak maka akan sulit sekali melakukan pekerjaan besar dengan benar. Rene yang kerap membagikan tweets motivasi dan kiat berkarier dengan pedenya menampilkan foto istrinya yang cantik bak model dan ………..tubuhnya melebihi tinggi Rene! ………………..Oh Rene Suhardono yang mengagumkan ^_^
Tapi kejutan menarik diberikan oleh Firliana Purwanti, The Author of The Orgasm Project yang mengajak peserta untuk berani bicara. Termasuk dalam berhubungan suami istri karena kebutuhan orgasme sama pentingnya dengan keterpuasan dari rasa lapar dan haus. Seorang perempuan bukanlah objek, dia adalah subjek yang mampu mengemukakan pendapatnya. Dia harus hidup gembira dan percaya diri karena seperti yang dikemukakan Revalina S.Temat, Actress, Model, Caring Colours brand Ambassador:
Karena sejatinya Caring Colours tidak sekedar menawarkan produk kosmetik. Caring Colours menjanjikan kecantikan bagi penggunanya. Kecantikan yang berbuah kepercayaan diri dan berakhir penghargaan. Seperti yang dilakukan ajang YCPA 2012 yaitu memilih 19 finalis dan akhirnya menentukan 9 pemenang : Syarifa Aliyyah, Novia Fitri, Aghnia Nabila, Nancy Margried Panjaitan, Dini Pratiwisari, Fransisca Desy Patriciane, Rosalia Chika Artanti, Nilam Sari, dan Mommy Variana Anjani.
Nilam Sari merupakan juara umum juga sekaligus menjadi pemenang favorit pilihan masyarakat dari Facebook Caring Colours. Walaupun sebetulnya semua adalah pemenang. Semua perempuan dilahirkan cantik. Baik dia bertubuh subur atau mungil. Baik dia menyukai pemulas bibir atau justru lebih memilih buku seperti KompasianerOlive Bendon. Sudah waktunya meninggalkan stereotip gadis cantik haruslah bertubuh gemulai, langsing, berkulit putih dan berambut panjang.
Gadis cantik adalah gadis yang memiliki inner beauty. Dia merawat tubuh dan wajahnya (beauty) , senantiasa belajar (brain) dan menjaga tingkah lakunya (behavior). Terbukti YCPA 2012 memilih 19 finalis yang umumnya memiliki lebih dari satu jenjang karier. Tanpa beauty, brain dan behavior yang menyenangkan di tempat mereka berkarier, bagaimana mungkin mereka akan bertahan. Mereka hanya akan menjadi boneka hidup yang indah dipandang untuk kemudian terlupakan.
Karena pada dasarnya Tuhan menciptakan manusia dengan bentuk yang sebaik-baiknya. Terpulang pada sang manusia, apakah dia akan merawat atau justru mengabaikan tubuh/wajahnya? Apakah dia akan senantiasa menstimulasi otaknya agar cerdas atau dibiarkan “kosong”? Dan juga apakah dia akan menjaga perilaku atau sebaliknya?
Karena kepedulian terhadap diri sendiri adalah esensi hidup sesungguhnya.
**Maria Hardayanto**
Comments
Post a Comment