Skip to main content

Angkie Yudistia; Telinga Tertutup Jalan Terbuka

 
instagram.com/angkie.yudistia
Penyandang disabilitas kerap mendapat stigma buruk. Dianggap aib yang membuat malu keluarga. Bahkan dengan keji sering disebut sebagai produk gagal dari Tuhan.  Dianggap benalu keluarga karena tidak bisa mandiri secara finansial.

Padahal, Siapa Bilang Gak Bisa?
Angkie Yudistia, seorang tuna rungu, membuktikan bahwa stigma tersebut salah. Seorang insan disabilitas hanya berbeda kemampuan dengan insan lainnya. Mereka mampu mencari nafkah.  Bahkan membantu sesama  seperti yang dilakukan Angkie Yudistia. Dia mendirikan  Thisable Enterprise, perusahaan yang didedikasikan  untuk membantu penyandang disabilitas memperoleh pekerjaan.

Sebetulnya pemerintah Indonesia sudah membuat regulasi yang mewajibkan perusahaan swasta merekrut 1 % penyandang disabilitas dan 2 % untuk pegawai negeri sipil. Namun menjadi sia-sia jika penyandang disabilitas kesulitan mengakses. Thisable Enterprise hadir untuk menjembatani masalah ini.

Angkie dan thisable
Thisable Enterprise, plesetan dari This dan able, memiliki beberapa program yaitu  CSR Program;  CSR Funding; Social Enterprise; Social Marketing Communication; Learning Center; dan Micro Entreprise. Sehingga penyandang disabilitas tidak hanya bisa mengakses pekerjaan, namun juga menambah ketrampilan agar sesuai dengan kebutuhan pasar.

 Bagi penyandang disabilitas yang bergerak mandiri sebagai wirausaha, Thisable Enterprise siap membantu memasarkan produk/jasanya.

Sebagai perempuan Indonesia yang kebetulan disabilitas, langkah Angkie sungguh luar biasa . Dia  ingin mengejar lebih dari sekedar jalan diharapkan,menjadi perempuan  di luar ekspektasi. Melalui  pribadinya,  mampu membawa kebaikan yang lebih besar untuk dirinya sendiri dan juga orang lain.  Alih-alih merepotkan, Angkie justru membantu masyarakat lain dengan meningkatkan taraf hidup mereka. Keterbatasan bukan penghalang. 

Siapa Angkie Yudistia?

Cantik, berperawakan tinggi  semampai layaknya model,  dan memiliki  rambut ikal mayang, Angkie terlahir normal pada tanggal  5 Juni 1987.  Anak  pasangan Hadi Sanjoto dan Indiarty Kaharman ini  harus kehilangan pendengaran pada usia 10 tahun.  Telinga kanan Angkie hanya mampu mendengar suara 70 desibel sedangkan yang kiri 98 desibel. Sementara, rata-rata percakapan pada manusia normal berada di 40 desibel.

Beruntung Angkie memiliki orang tua yang memahami bahwa dengan alat bantu dengar dan membaca gerak bibir, Angkie bisa belajar di sekolah umum. Banyak mengalami hambatan pastinya. Angkie harus beradaptasi, mulai dari ledekan teman-temannya hingga  amarah guru karena dia kesulitan mendengar. Bahkan dokter tidak merekomendasikan Angkie meneruskan kuliah di perguruan tinggi.  Alasannya,  khawatir Angkie mengalami stres dan memperparah kondisi pendengarannya.

Apa yang ditakutkan sang dokter tidak terjadi. Angkie berhasil merampungkan studinya di jurusan periklanan di London School of Public Relations (LSPR), Jakarta. Tidak sekedar  lulus, Angkie juga berhasil meraih indeks prestasi komulatif 3.5 dan meraih gelar master lewat program akselerasi.

Angkie dan keluarga

Hidup dengan target

Selain berhasil meraih gelar S2, Angkie juga mencatat banyak prestasi di bidang lain yaitu:
            Finalis Abang None mewakili Jakarta Barat pada tahun 2008,
            Most Fearless Female Cosmopolitan dan juga model iklan.
            Miss Congeniality di Nature

Angkie juga menjadi model iklan dan bekerja di beberapa perusahaan seperti
            Public Relation di Sehjira Deaf Foundation
            Public relations di Geo Link Nusantara PT
            Marketing communication di IBM Indonesia
            Media Relation di First Media Tbk
Mengalami keterbatasan dengan indera pendengaran (tuna rungu) namun bekerja sebagai public relation, itulah kehebatan Angkie Yudistia. Hidupnya dipenuhi prestasi dan  impian yang harus terealisasi, sehingga tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri  juga bagi orang lain.

Targetnya untuk bisa menjadi istri dan ibu telah tercapai. Bahkan Angkie berhasil merampungkan 2 buah buku yaitu : “Perempuan Tuna Rungu Menembus Keterbatasan” dan “ Setinggi Langit : menelusuri cakrawala perjuangan perempuan peneliti Indonesia”

Apa impian Angkie berikutnya?

Ternyata cukup ambisius, yaitu dalam 10 tahun memberdayakan 20 juta penyandang disabilitas secara ekonomi. Kemungkinan besar bakal berhasil mengingat usia Angkie yang masih muda dan langkah cerdasnya mendirikan Thisable Enterprise.

Thisable Enterprise didirikan sepulangnya Angkie dari Amerika Serikat untuk mengikuti “International Visitor Leadership Program”. Dalam program ini Angkie mempelajari isu disabilitas secara global. Ada 5 aspek berhubungan erat dengan penyandang disabilitas, yaitu: kesehatan, pendidikan, tenaga kerja, transportasi, dan ekonomi.

Pemberdayaan secara ekonomi menurut Angkie harus diutamakan untuk mengembalikan rasa percaya diri penyandang disabilitas  sehingga mampu menyelesaikan masalah lainnya.
"Ini yang saya bilang, penyandang disabilitas itu tidak identik dengan sumbangan. Kami ingin menaikkan derajat penyandang disabilitas."kata Angkie.
 
Angkie dan bahasa jari
Siapa Bilang Gak Bisa

Menurut survey Pantene,  91% wanita Indonesia mengaku ingin memiliki keluarga dan menjajaki dunia karir di saat yang bersamaan, namun banyak kendala yang membuat mereka tidak dapat melakukan keduanya*. 48% di antaranya karena tidak memiliki kesempatan untuk belajar, 38% merasa harus menyeimbangkan antara pekerjaan dan pendidikannya, sedangkan 28% lagi harus berjuang melawan ekspektasi dan kritikan sosial dari masyarakat*.

Sesuai dengan kalimat favorit yang dipegangnya dengan  teguh, yaitu:  “Tough People Will Win” , Angkie Yudistia telah membuktikan bahwa keterbatasan tak seharusnya menjadi penghalang. Walau harus mengalami proses yang tidak mudah.

Dalam hidup akan selalu ada dua sisi yang saling bertolak belakang, namun setiap wanita berhak memilih bahkan membuktikan bahwa mereka mampu menjadi seseorang yang melampaui ekpektasi tersebut. Terutama bagi setiap wanita Indonesia yang berani mengejar cita-citanya dan tetap bertanggung jawab atas apa yang telah menjadi jalan hidup mereka.

Wanita  Indonesia  bukanlah  pribadi yang pasif. Mereka bergerak untuk membuat perubahan. Bagi dirinya dan bagi sesama. Untuk kemudian berkata dengan penuh keyakinan: “Siapa bilang gak bisa?”

*Berdasarkan hasil survei yang diadakan Pantene di channel digital yang diikuti 555 wanita pengguna internet, umur 18-35 tahun, pada bulan Mei 2018.

*sumber foto dari www.instagram.com/angkie.yudistia

Comments

Popular posts from this blog

Nasi Tumpeng Singkong Yang Lekker

  Nasi tumpeng singkong pesanan Kecamatan Sukajadi Siapa yang tak kenal tumpeng? Setiap syukuran rumah baru, ulang tahun, khitanan dan berbagai even lain, umumnya penyelenggara pesta menghidangkan tumpeng. Mungkin karena mudah, tidak bingung menyerasikan nasi dan lauk pauknya. Yang penting rame ketika acara motong tumpeng yang biasanya ditandai dengan menyendok puncak tumpeng dan memberikan pada seseorang yang dihormati/disayangi.  Ternyata bentuk tumpeng yang mengerucut keatas merupakan symbol agar kualitas hidup terus meningkat, sedangkan lauk pauk menjadi symbol ekosistem kehidupan alam. Itulah mungkin penyebab begitu beragamnya lauk yang tersaji di tumpeng, mulai dari urap, telur balado, ayam goreng, sambal goreng tempe, perkedel dan tentu saja tak pernah ketinggalan: “sambal!” Mengingat begitu seringnya tumpeng disajikan, kamipun memutar otak agar syukur-syukur jika suatu kali nanti mendapat order, minimal ya memperkenalkan makanan olahan singkong dalam bentu

Imas Masitoh; Perempuan Pejuang dari Kampung Cibungur

Hidup dengan kekurangan materi tidak menyurutkan langkah Imas Masitoh Resmiati untuk berbuat baik pada sesama. Penjual gorengan berusia 42 tahun ini merasa terenyuh melihat banyaknya anak yatim piatu   disekitar tempat tinggalnya.   Imas memahami betapa mereka butuh perhatian dan kasih sayang. Kebutuhan intangible yang sering tidak dipedulikan   di masa serba cepat dan instan ini. Padahal banyak diantara anak yatim piatu yang tergolong anak berkebutuhan khusus. Imaspun   akhirnya   berinisiatif mengasuh mereka. Apa yang dilakukan Imas tergolong nekad. Penghasilan dari hasil menjual gorengan dan keset hasil kerajinan tangan yang dijajakan dari rumah ke rumah, jelas tidaklah cukup. Ditambah suaminya pengangguran akibat pemutusan hubungan kerja. Rumah kecilnya juga tidak dapat menampung penghuni baru karena Imas sudah memiliki 2 anak. Namun Imas percaya, Tuhan akan membantu setiap perbuatan baik. Dan keyakinannya terbukti, bantuan mengalir. Jumlah anak yang diasuhnya bertam

Perkedel Singkong Yang Yummyyyy........

  perkedel singkong, selalu disertakan pada tumpeng singkong Awalnya hanya ajakan untuk membuat nasi tumpeng singkong, sebagai pengganti nasi tumpeng beras yang jamak ditemui diperhelatan. Ternyata salah seorang anggota komunitas, ibu Odang berkreasi membuat perkedel singkong. Rasanya? Luar biasa, yummyyy …… mungkin karena ngga bikin eneg ya? Menurut ibu Odang, singkong bisa diparut halus dahulu kemudian dibumbui, atau dikukus hingga mekar kemudian dihaluskan selagi panas. Bahan-bahannya sebagai berikut: 500 gram singkong 100 gr daging cincang 1 sendok makan margarin 3 siung bawang putih dikeprek 2 siung bawang merah diiris halus 2 lembar daun bawang Merica secukupnya Pala halus secukupnya Garam secukupnya 1 kuning telur 1 putih telur Minyak untuk menggoreng Cara membuat: 1.     Panaskan margarine, tumis bawang merah dan bawang putih yang telah diulek bersama merica dan pala. 2.     Masukkan daging cincang, masak hingga harum dan ai