“Bu,
potret buuuuu……”, teriak anak-anak anggota komunitas. Mereka enggan
beranjak pulang atau berangkat sekolah sebelum dipotret. Unik juga,
kegiatan memotret rupanya bisa menjembatani komunikasi saya dan
anak-anak. Diawali hobi memotret anak-anak berwajah polos tanpa
kepura-puraan. Mereka menjadi kecanduan dipotret sehingga saya mempunyai
kesempatan mendapatkan objek. Ternyata tidak mudah mengabadikan gerak
mereka yang sangat cepat, tapi menyenangkan.
Anak-anak
memang lucu, khususnya anak-anak di pemukiman padat penduduk di daerah
Kendal Gede jalan Sukamulya Indah Bandung. Di setiap pertemuan mereka
selalu terlibat. Terkadang ada yang mencoba apa yang dilakukan ibunya,
tetapi lebih sering hanya bersliweran, berebut mainan dengan sesama
teman dan terkadang menangis. Semuanya saya potret. Seiring berlalunya
waktu dan komunikasi intens yang terjadi, saya mendapatkan manfaat tak
ternilai, yaitu lebih memahami permasalahan mereka.
Contohnya
Aulia, seorang anak yang kerap mengintip dari balik jendela. Di
kemudian hari saya mengetahui bahwa anak berusia 3 tahun ini tuna rungu.
Ibu-ibu PKK kesulitan menolong karena sang ibu enggan membuat surat
pindah dari suatu desa di daerah Jawa Tengah ke Bandung. Alasannya dia
takut sulit membuat kartu tanda tak mampu untuk keperluan berobat dan
pendidikan. Klise tapi masuk akal, di daerahnya mengurus surat-surat dan
perizinan sangat gampang karena dia mengenal hampir semua pejabat desa.
Tetapi di Bandung? Duh, membayangkannyapun dia sudah mengkeret.
Padahal tanpa kartu keluarga (KK) dan KTP Bandung, Aulia tidak mungkin mendapat bantuan hearing aids dari dinas sosial. Untunglah setelah melalui serangkaian diplomasi, akhirnya sang ibu luluh hatinya. Keberuntungan berikutnya, Aulia tidak usah menunggu jatah hearing aids
dari Dinsos karena ada pendonor baik hati yang bersedia membelikan
dengan kualitas lebih bagus. Kewajiban sang ibu selanjutnya hanyalah
datang ke RS Hasan Sadikin untuk melatih Aulia menggunakan alatnya.
Terapi bicara karena selama 3 tahun dia belum pernah mendengar suara.
Tentunya dengan surat keterangan tak mampu (SKTM) yang kini dimiliki.
Kasus
lain yang cukup miris adalah pola makan. Gempuran edukasi dan iklan
rupanya membuat para ibu menjadi ‘gagap nutrisi’. Contohnya di bawah
ini:
Gambar
di atas menunjukkan bahwa sang ibu mengetahui bahwa beras merah
mengandung serat, vitamin dan mineral, tapi berhubung anak menyukai
snack daripada sayurmayur dan ‘katanya’ snack tersebut mendapat tambahan
vitamin A, B dan C maka diambil langkah pintas menjadikan snack
tersebut sebagai lauk pauk.
Anak
jugalah yang menjadi jembatan pengenalan makanan sehat dan
diversifikasi pangan. Di setiap kegiatan anak-anak terlibat. Apakah
sekedar berlarian atau ikut membeli bahan, mengaduk bahan masakan dan
mencicipi.
Gambar
di atas menunjukkan seorang anak (Azmi) sedang mencoba pizza singkong
dan anak-anak lainnya (di bawah) mencoba cake ubi berdasarkan resep yang
saya dapat dari kompasianer @Ira Oemar.
Di
setiap kesempatan yang memungkinkan, saya mengajak anak-anak untuk
aktif dalam kegiatan seperti menanam tanaman untuk menghijaukan mesjid.
Lucunya
Agus, anak yang semula kurus dan menggemuk sesudah sembuh dari penyakit
asma, tiba-tiba menemukan mainan yang diisi air kemudian disiramkan ke
atas tanaman. Tingkah spontan karena sebelumnya dia hanya terbiasa
melihat, belum pernah melakukan.
Mengumpulkan
sampah yang berserakan juga menjadi salah satu agenda. Biasanya bekas
makanan ringan mereka. Kepedulian terhadap kebersihan selama ini hanya
disuarakan lewat perintah guru atau orang tua, jarang ada aksi bersih
lingkungan bersama. Karena itu mereka merasa asyik ketika diajak
mengumpulkan sampah makanan mereka sendiri. ‘Sampah’ makanan mereka sendiri lebih ditekankan karena yang terpenting mereka peduli pada lingkungannya sendiri dulu.
Sebetulnya
banyak rambu yang tidak boleh dilanggar begitu saja ketika kita
mengunggah gambar anak-anak. Salah satunya sewaktu pemilu 2009, berita
harian Kompas mendapat teguran karena memasang foto anak kecil sedang
membawa spanduk yang terjatuh. Spanduk tersebut bergambar caleg yang
mendapat jatah kampanye bertepatan dengan pemasangan gambar si anak
kecil. Foto yang bagus, jeli serta cerdik. Tapi karena dianggap
mengeksploitasi anak maka KPUpun menegur.
Dalam komunitas hobi fotografi Kompasiana, anggota diajak untuk menghargai privasi, setiap potret
sosok terlebih anak kecil harus mendapat izin. Walau Indonesia nampaknya
belum memiliki regulasi yang mengatur secara eksplisit, sehingga saya
sering terlena. Tapi khusus untuk foto-foto anak komunitas saya meminta
izin karena tidak hanya untuk bahan tulisan tapi juga terpasang di
spanduk/baliho komunitas, alat mempromosikan kegiatan mereka.
Ternyata kegiatan anak-anak yang terekam dalam foto membawa hikmah. Tim penilai dalam Hari
Kesatuan Gerak PKK 2012 mengapresiasi kegiatan ibu-ibu yang yang
kreatif: mengajak anak-anak mengenal lingkungan dan memberi asupan gizi
yang cukup. Sehingga mereka mendapat penilaian cukup tinggi. Mungkin
karena semua sepakat bahwa anak-anak adalah pewaris suatu bangsa.
Merekalah penentu kejayaan bangsa dan Negara. Sedangkan orangtua
berkewajiban membekali sebaik-baiknya.
**Maria Hardayanto**
KABAR BAIK!!!
ReplyDeleteNama saya Aris Mia, saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman sangat berhati-hati, karena ada penipuan di mana-mana, mereka akan mengirim dokumen perjanjian palsu untuk Anda dan mereka akan mengatakan tidak ada pembayaran dimuka, tetapi mereka adalah orang-orang iseng, karena mereka kemudian akan meminta untuk pembayaran biaya lisensi dan biaya transfer, sehingga hati-hati dari mereka penipuan Perusahaan Pinjaman.
Beberapa bulan yang lalu saya tegang finansial dan putus asa, saya telah tertipu oleh beberapa pemberi pinjaman online. Saya hampir kehilangan harapan sampai Tuhan digunakan teman saya yang merujuk saya ke pemberi pinjaman sangat handal disebut Ibu Cynthia, yang meminjamkan pinjaman tanpa jaminan dari Rp800,000,000 (800 juta) dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tekanan atau stres dan tingkat bunga hanya 2%.
Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah yang saya diterapkan, telah dikirim langsung ke rekening bank saya tanpa penundaan.
Karena saya berjanji bahwa saya akan membagikan kabar baik, sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi, jika Anda membutuhkan pinjaman apapun, silahkan menghubungi dia melalui email nyata: cynthiajohnsonloancompany@gmail.com dan oleh kasih karunia Allah ia tidak akan pernah mengecewakan Anda dalam mendapatkan pinjaman jika Anda menuruti perintahnya.
Anda juga dapat menghubungi saya di email saya: ladymia383@gmail.com dan Sety yang memperkenalkan dan bercerita tentang Ibu Cynthia, dia juga mendapat pinjaman baru dari Ibu Cynthia, Anda juga dapat menghubungi dia melalui email-nya: arissetymin@gmail.com sekarang, semua akan saya lakukan adalah mencoba untuk memenuhi pembayaran pinjaman saya bahwa saya kirim langsung ke rekening mereka bulanan.
Sebuah kata yang cukup untuk bijaksana.